Komunikasiguru dan orang tua (misalnya, pertemuan orang tua membicarakan kepribadian, kunjungan ke rumah) sangat penting untuk memotivasi siswa untuk sukses dan untuk memecahkan perilaku tidak baik anak (Morgan, 2010 dalam Ahmet, 2012). Untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa, guru berpikir bahwa orang tua harus dilatih dalam hal
Salah satu tugas orangtua adalah memastikan anak mendapat pendidikan yang baik. Itulah sebabnya, orangtua perlu meluangkan waktu untuk mencari dan memilih sekolah yang tepat bagi perkembangan anak, terutama di awal masa sekolahnya seperti PAUD hingga sekolah dasar. Pasalnya, anak akan menghabiskan sebagian masa kecil dan masa transisinya sebagai remaja di sekolah dasar. Tentunya, orangtua ingin agar anak mendapatkan pengalaman dan pendidikan terbaik di masa itu. Namun tugas orangtua tidak selesai begitu saja ketika anak masuk sekolah. Orangtua perlu terus memantau pendidikan anak serta mengetahui bagaimana sekolah dapat memfasilitasi kebutuhan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, orangtua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan sekolah. Salah satu caranya adalah dengan menghadiri pertemuan orangtua yang rutin diadakan sekolah. Beberapa manfaat menghadiri pertemuan orang tua murid di sekolah antara lain 1. Menjalin komunikasi yang baik antara guru, murid, dan orangtua Guru seringkali disebut sebagai orangtuanya para murid ketika di sekolah. Tentunya sebagai perwakilan orangtua, guru perlu mengenal anak-anaknya dengan baik. Melalui pertemuan guru dan orangtua murid, guru dapat menyampaikan progres pendidikan anak selama di kelas, bertukar informasi mengenai potensi dan kesulitan yang dialami anak sehingga lebih mudah bagi orangtua dan anak untuk menemukan solusinya. 2. Memudahkan memantau perkembangan akademik anak Lewat pertemuan orangtua murid dan guru, guru dapat menyampaikan perkembangan akademik anak dengan lebih rinci. Selain menilai dari keaktifan di kelas, guru juga dapat memberikan pengamatan tersendiri dari nilai tugas dan ujian anak. Dari hasil penilaian tersebut, orangtua dan guru dapat membicarakan bagaimana rencana selanjutnya mengenai perkembangan pendidikan anak. Apakah anak perlu mendapat les tambahan, bagaimana orangtua mengarahkan minat anak, dan lain-lain. 3. Mengenal kebijakan sekolah dengan lebih baik Semua kegiatan anak di sekolah tidak lepas dari aturan-aturan dan kebijakan sekolah. Aturan-aturan tersebut bukan untuk mengekang anak, namun untuk membentuk anak menjadi pribadi yang disiplin dan teratur. Dengan mengenali aturan-aturan yang diterapkan sekolah, orangtua dapat menyelaraskan cara mendidik anak saat di rumah. 4. Saling mengenal sesama orangtua murid Selain membuat orangtua murid dan guru saling mengenal, pertemuan wali murid juga menjadi ajang perkenalan dengan sesama orangtua murid. Dengan menjalin hubungan baik antara sesama wali murid, akan memudahkan para orangtua murid untuk berkoordinasi keperluan sekolah dan saling mendukung perkembangan anak. Sesama orangtua murid dapat berbagi tips dalam mengasuh anak, berbagi informasi mengenai kegiatan menarik yang dapat diikuti anak di luar sekolahan, dan berbagi informasi menarik lainnya yang mungkin tidak diberikan di sekolah. 5. Memberi masukan untuk perkembangan pembangunan sekolah Pada beberapa sekolah, terutama sekolah swasta, peran orangtua dalam pembangunan sekolah baik secara fisik maupun nonfisik umumnya lebih besar dibanding di sekolah negeri. Melalui pertemuan orangtua murid dan guru, para orangtua dapat menyampaikan berbagai keluh kesah dan masukan yang dirasa penting bagi pembangunan sekolah ke depannya. Baca Juga Menciptakan Hubungan yang Baik Antara Orangtua dengan Guru Anak Menciptakan Kantin Sehat di Sekolah After-School Restrained Collapse, Kondisi Kelelahan Akut Anak Akibat Aktivitas Sekolah Winda CarmelitaHi, I’m Winda. I’m a writer living in Malang, Indonesia. I am a fan of writing, music, and arts.
Contohpidato perpisahan dari wali murid. Sambutan wali murid terkadang memang penting dan kadang juga jika anda orang tua anak saat pertemuan guru dengan orang tua sambutan orang tua juga sering dilakukan. Beberapa pidato sambutan juga biasanya termasuk ke dalam daftar acara. Setelah sebelumnya kami memberikan contoh pidato perpisahan siswa sd - Selain membekali siswa dengan kemampuan akademis, pendidikan karakter dinilai menjadi poin penting untuk menumbuhkan generasi-generasi dengan karakter positif. Agar anak tumbuh sesuai dengan karakter yang diharapkan, orang tua dan guru perlu memiliki visi dan misi yang dari Sahabat Keluarga Kemendikbud, agar visi dan misi sejalan, sekolah harus mendorong dan mendukung orangtua untuk melakukan pendidikan karakter di rumah. Sebaliknya, orangtua juga harus mendukung upaya sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai dan karakter yang baik selama anak bersekolah. Kerja sama sekolah dengan orangtua dalam pendidikan karakter akan lebih terlihat bila orangtua dan guru turut melibatkan komunitas yang lebih luas, seperti lembaga keagamaan, komunitas bisnis, organisasi pemuda, organisasi non-ptofit, bahkan media massa. Baca juga 3 Syarat Pendidikan Karakter Berjalan Efektif Berikut sejumlah langkah yang perlu dilakukan pihak sekolah dan orangtua agar saling bersinergi, menurut Sahabat Keluarga Kemendikbud1. Guru dan orang tua melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan sebelum tahun ajaran berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran pentingnya peran guru dan orangtua dalam penumbuhan karakter anak. 2. Orangtua perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang dilihat, didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya. Terutama di rumah di mana anak menghabiskan banyak waktunya. 3. Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam menumbuhkan karakter anak. 4. Selain dalam pertemuan tahunan, sekolah juga bisa mengadakan kelas parenting. Berbagi ide dan masukan dari orangtua mengenai topik parenting yang menarik. 5. Orangtua perlu melibatkan diri dalam komunitas sekolah, seperti komite orangtua untuk perencanaan pendidikan karakter. 6. Guru perlu melakukan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua. Dalam pertemuan pribadi itu, guru bisa menanyakan mengenai karakter, kebiasaan sehari-hari anak dan perilaku anak yang bisa dijadikan pertimbangan guru dalam mendidik anak di kelas. 7. Sekolah perlu mengajak orangtua dan anak didik untuk mengunjungi ruang kelas sebelum hari pertama sekolah sebagai ruang bersosialisasi. 8. Sekolah perlu memberikan kalender kegiatan bulanan kepada orangtua, sehingga orangtua dapat mendukung kegiatan tersebut dengan cara melakukannya di rumah. Programsekolah disampaikan pada kegiatan POMG (Pertemuan Orang Tua Murid Dan Guru) yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Juli 2022 pukul 08.00 s.d selesai di Aula SIT Robbani Tujuannya dilaksanakan kegiatan POMG untuk menjalin silaturahin dengan Ortu siswa dan menyamakan persepsi mengenai pembelajaran dan pendidikan karakter. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penulis menemukan beberapa konten yang berisi kekecewaan orang tua murid terhadap guru di media sosial. Banyak yang memberikan komentar dukungan terhadap pihak tersebut namun sayangnya disertai dengan kalimat memojokan kepada pihak guru atau sekolah. Sebagai seorang pendidik penulis merasa prihatin dengan menjamurnya konten-konten serupa yang disebar ke khalayak umum. Terlihat dengan jelas kekecewaan pihak tersebut dengan konten yang provokatif sehingga bisa menggiring opini negatif terhadap pihak yang tidak tahu kronologis kejadian ikut memberikan komentar memojokan. Jelas ini bukanlah cara yang tepat untuk menyampaikan pendapat ataupun memperbaiki keadaan. Menyimak cerita dari salah satu pihak hanya akan menimbulkan kesalahpahaman yang jauh lebih besar. Bahkan bisa menimbulkan masalah tersebut membuat penulis merasa hubungan antara pihak sekolah atau guru dengan pihak orang tua murid tidak harmonis. Semestinya ada kolaborasi yang kuat antara kedua belah pihak untuk bersama-sama mendidik murid di rumah dan di sekolah. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan meminimalisir kesalahpahaman. Memberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk berdiskusi mengenai perkembangan murid. Segala informasi diterima dengan pemikiran terbuka, hati yang lapang dan tentunya saling menghormati. Kerjasama antara guru dengan Orang tua murid merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mendidik murid. Pendidikan yang efektif dan efisien tidak akan berhasil tanpa adanya kolaborasi antara orang tua di rumah dan guru sebagai orang tua di sekolah. Kedua belah pihak perlu melakukan kerjasama yang harmonis demi kebaikan. dokumentasi pribadi Pertemuan rutin merupakan salah satu cara yang penulis lakukan untuk menjalin kerjasama dengan orang tua murid. Pada awal tahun ajaran penulis bersama orang tua murid melakukan pertemuan untuk membahas program-program yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan. Salah satunya adalah pertemuan rutin setiap tiga bulan sekali sesuai dengan kesepakatan. Ada banyak sekali manfaat dari pertemuan rutin yang kami sebut sebagai Paguyuban Orang tua Kelas dua, yaitu sosialisai program;membahas perkembangan murid selama 3 bulan terakhir dari sisi akademik dan sosial;membahas isu terkini; menyampaikan saran dan masukan;guru dan orang tua murid sama-sama mendapatkan informasi penting mengenai murid di rumah dan di sekolah;meningkatkan hubungan yang berkualitas antara guru dan orang tua murid. dokumentasi pribadi Makan bersama setelah kegiatan. Kegiatan ini bisa dilaksanakan di sekolah atau bisa di luar sekolah seperti rumah orang tua murid ataupun rumah guru. Pembahasaan agenda paguyuban kelas disampaikan secara santai. Suasana kaku antara orang tua murid dan guru saat berdiskusi tidak tampak sama sekali. Obrolan hangat disertai canda tawa mewarnai kegiatan. Guru menyampaikan program kelas, kondisi kelas, maupun isu terhangat mengenai anak. Kadang disisipi parenting untuk menambah wawasan pendidikan bagi orang tua. Orang tua bisa menyampaikan pendapat, saran dan masukan bagi pihak sekolah. Guru juga mendapatkan banyak informasi mengenai kondisi murid di rumah. Pertemuan diakhiri dengan makan bersama. Para orang tua dan guru membawa bekal dari rumah masing-masing. Saling mencoba makanan sehingga semakin akrab. Hubungan seperti ini membuat kami saling mengenal satu sama lain. Kesalahpahaman bisa langsung dikomunikasikan dan diluruskan dengan santai. Guru juga membuka komunikasi yang seluas-luasnya bagi orang tua murid di luar pertemuan rutin tiga bulan sekali. Bisa menghubungi guru via medsos atau berdiskusi secara langsung di luar jam pelajaran. Dokpri Pertemuan rutin paguyuban orang tua kelas dua telah tiga kali dilaksanakan sepanjang tahun ajaran ini. Manfaat pertemuan ini sangat terasa. Program di kelas pun bisa berjalan baik dengan dukungan dari orang tua murid. Tantangan utama kegiatan ini adalah kehadiran orang tua murid pada pelaksanaan kegiatan. Beberapa berhalangan hadir dikarenakan sakit, ada keperluan atau bahkan ada yang tidak pernah hadir sama sekali. Penulis berharap kedepannya program paguyuban kelas bisa terlaksana lebih baik, dilaksanakan di setiap sekolah bahkan kelas dengan dukungan penuh dari para orang tua murid. Mengingat pentingnya kerjasama antara orang tua murid dan guru pihak sekolah untuk mendukung pendidikan anak. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya Dalamrangka memperkenalkan program sekolah kepada Orang Tua Murid kelas 10,11, dan 12 sekaligus bersilaturahmi antara Pimpinan sekolah, Guru, Jammiyah, dan Orang Tua Murid, maka pada awal tahun ajaran baru sekolah mengadakan acara Pertemuan Awal Tahun (PAT) dengan memberikan beberapa informasi program sekolah seperti, program kurikulum, kemuridan, pertahanan sekolah, sekaligus tata tertib
Pertemuan Orang tua Murid dan Guru POMG adalah salah satu program rutin di sekolah kami, khususnya dalam bidang manajemen sekolah. Dalam satu tahun, sekolah mengagendakan 4 kali POMG. Namun demikian, beberapa kelas ada yang berinisiatif melaksanakan POMG sebulan sekali. Hal ini tentu saja sangat didukung oleh sekolah. POMG menjadi wadah komunikasi antara orang tua dan guru dalam kerja samanya meningkatkan mutu pendidikan. Sebab, kerjasama yang optimal hanya akan terwujud dengan adanya komunikasi yang baik. Setiap kelas memiliki pengurus POMG. Materi yang dibahas dalam POMG cukup beragam. POMG terkadang juga menghadirkan nara sumber yang memiliki kompetensi untuk menjelaskan permasalahan dan memberikan solusi untuk kebaikan perkembangan anak. Dengan POMG ini, orang tua murid bisa berpartisipasi aktif untuk mendukung proses pendidikan. POMG bisa menampung dan mengevaluasi aspirasi dan masukan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh orang tua. Dan tentu saja, POMG membuat silaturahmi/hubungan orang tua dan guru menjadi lebih harmonis. Mengingat begitu pentingnya fungsi POMG, kami mengajak para guru dan orang tua murid di sekolah manapun, untuk bersama-sama meningkatkan semangat dan kualitas sekolah melalui pelaksanaan POMG. Mari kita tingkatkan silaturahmi keluarga besar di sekolah kita masing-masing untuk masa depan yang lebih baik.
\n \n\n\n\npertemuan orang tua murid dan guru
Mengikuti dan menaati semua program dan kegiatan yang ditetapkan oleh VCA untuk Full On-Line VCA Student, termasuk Orientation Camp, Care Group untuk murid, dan untuk orang tua diwajibkan hadir dalam semua Pertemuan Orang tua.- Mengikuti seluruh kurikulum dan standar penilaian yang ditetapkan oleh VCA. Agar orang tua dan guru saling mengenal merupakan? salah satu bentuk hubungan antara masyarakat dengan sekolah tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah cara mendekatkan kebutuhan masyarakat dengan sekolah teknik dalam melakukan hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. Dilansir dari Ensiklopedia, agar orang tua dan guru saling mengenal merupakan tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. salah satu bentuk hubungan antara masyarakat dengan sekolah adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. [irp] Menurut saya jawaban C. cara mendekatkan kebutuhan masyarakat dengan sekolah adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. teknik dalam melakukan hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah. Ayobergabung bersama rancang pembelajaran di kelas agar lebih menarik dan kekinian. e-Guru.id yang merupakan suatu platform peningkatan kualitas dan kompetensi guru dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas lainnya. Klik di sini untuk mendaftar! Download materi pertemuan kedua Diklat Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 ISSN. 2548-6160 International Seminar on Generating Knowledge Through Research, UUM-UMSIDA, 25-27 October 2016, Universiti Utara Malaysia, Malaysia. Available online Article DOI 935 PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KREATIVITAS SISWA Anis Pusitaningtyas anispuspita89 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. KATA KUNCI komunikasi, orang tua, guru, kreativitas, anak PENDAHULUAN Rumah dan sekolah merupakan dua tempat dimana seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Hal ini sangat mempengaruhi pendidikan yang mereka terima. Saat di rumah, anak mendapat pendidikan dari orang tuanya. Sebagaimana disebutkan oleh Aisyah Dachlan yang menyatakan bahwa peran seorang ayah adalah menjadi kepala dari seluruh keluarga, memimpin, membimbing, dan melindungi serta memberikan nafkah, pakaian dan semua keperluan anak istri, mendidik dan menyelamatkan mereka dari gangguan lahir batin, bertindak sebagai teman, guru, pemimpin dan memberi suri tauladan yang baik. Karena sesungguhnya pendidikan yang pertama dan utama diberikan oleh orang Saat di sekolah, pendidikan anak diberikan oleh gurunya. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Menurut UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Tugas guru tidak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik dan pelatih. Usman menyatakan bahwa mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. 3 Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Sehingga komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Djamarah seperti dikutip dalam Hidayat menyatakan bahwa dalam proses pendidikananak di sekolah, 1Aisyah Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga.Jakarta Yaumnu, 1983, 126. 2 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Usman. Menjadi Guru Profesioanl Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1995, 7. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 936 terdapat banyak faktor yang berpengaruhatau berhubungan terhadap pencapaian prestasi belajarpeserta didik, seperti guru, lingkungan, sarana prasaranadan bahkan kerjasama orang tua dengan Pendapat senada dikemukakan oleh Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting adalah adanya kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah. 5 KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU Komunikasi secara etimologis berasal dari bahas latin, yakni communication. Istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, dalam artian sama makna, yaitu sama makna dalam satu Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian komunikasi menurut Everett M. Rogers, seperti yang dikutip oleh Cangara adalah proses dimana suatu ide dialihan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku Effendy menuliskan pendapat Harold Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media untuk menimbulkan Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau ide oleh seseorang kepada orang lain baik dengan bahasa atau melalui media tertentu yang diantara keduanya sudah terdapat kesamaan makna sehingga saling memahami apa yang sedang dikomunikasikan. Adapun unsur-unsur komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy9 antara lain 1. Komunikator Sender adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan atau sumber berita / informasi yang disampaikan 2. Pesan Message adalah pesan atau informasi dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang baik berupa tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan, kedipan mata, warna, bunyi puluit, bendera dan tentunya suara atau bahasa yang diucapkan manusia. Sebelum sebuah pesan disampaikan ada beberapa hal menurut Widjaja yang harus diperhatikan yaitu i. pesan harus direncanakan atau dipersiapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan. ii. pesan harus menggunakan bahasa yang dimengertioleh keda belah pihak. pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan10 3. Komunikan Receiver adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator pengirim/penyampaian pesan, yang menerima pesan/ berita/ imformasi berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Komunikan sebagai penerima pesan haruslah mengikuti dan 4Syarif Hidayat. PengaruhKerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 2013, 94. 5Peter J McCarthy ; Liran, Brennan; Karen, Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education”. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 55. 6Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2000, 34. 7Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2003, 20. 8Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001, 10. 9Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1992, 49. 10H. A. Komunikasi Pengantar Studi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013, 32. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 937 menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga tujuan komunikasi tercapai. 4. Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol atau lambang-lambang yang mengandung makna pesan/ pengertian. Saluran atau medium komunikasi tersebut berupa alat sarana yang menyalurkan suara audio untuk pendengaran,tulisan, dan gambar visual. 5. Efek atau umpan balik Effect/Feed back adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Adanya umpan balik menciptakan terjadinya komunikasi dua arah. Jika tidak ada umpan balik, dapat terjadi kerancuan akibat kesalahan penafsiran. Lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan anak adalah keluarga. Dalam pendidikan keluarga, komunikasi orang tua dengan anak sangatlah penting . Sholihat menyatakan dengan adanya komunikasi dalam keluarga diharapkan terjadi interaksi, saling tukar menukarpengetahuan, pendapat, pengalaman dan sebagainya. Melalui keluarga anak mengenal kasih sayang, berbagai kebiasaan, nilai -nilai hidup, mengadaptasi perilaku dari orang tuanya, dan mengenal tanggung jawabsebagai konsekuensi perilakunya. 11 Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga. Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Purwanto berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah, yang harus dijaga dan senantiasa diarahkan menuju jalan Komunikasi yang dilakukandengan sepenuh hati dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua akan dirasakan oleh anak sehingga menyebabkan bimbingan,arahan dan bantuan yang diberikan orang tua kepada anak menyatu. Hal ini akan memudahkan anak untuk memahami makna dari upaya yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Komunikasi keluarga sangat efektif untuk melatih dan menyadarkan anak–anak sehingga dapat mengamalkan nilai moral dasar dalam kehidupan sehari–hari, membentuk pribadiyang percaya diri, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah guru diartikan sebagai orang pekerjaannya mata pencaharian, profesi mengajar. Sedangkan menurut UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Sardiman menjelaskan peran guru menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut 1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan 2. Havighurst, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai employee dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan subordinate terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya 11Solihat. “Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan Kepribadian Anak” JurnalKomunikasi, Mediator Volume 6 Nomor 2 2005, 307. 12Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2000, 80. 13 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 938 dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua 3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa14 Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator, informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, mediator dan evaluator. Orang tua merupakan mitra kerja yang utama bagi guru dalam pendidikan anak. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru dibutuhkan dalam rangka menyamakan persepsi kedua belah pihak tentang hal yang dibutuhkan dalam pendidikan anak. Keduanya harus saling membantu dan mengetahuibagaimana upaya penanganan pembinaan anak di sekolah,keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar,pola interaksi dan komunikasi selama di sekolah danmasalah yang ditemukan di sekolah. Begitu juga sebaliknya, pihak sekolah mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah terutama terkait dengan kegiatanbermain anak di luar rumah, aktivitas belajar di rumah,interaksi dengan sesama anggota keluarga dan problemyang muncul selama berada di rumah. Epstein dalam Graham-Clay mendeskripsikan komunikasi dengan orang tua merupakan salah satu dari enam bentuk keterlibatan orang tua guna menjalin kerjasama yang kuat antara guru dan orang tua. 15 Menumbuhkan hubungan guru dan orang tua merupakan hal yang dianggap penting dalam pengembangan sekolah sebagai komunitas belajar. Komunikasi antara sekolah dan keluarga sangat diperlukan sehingga dapat memicu keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran. Symeou, Roussounidou andMichaelides mengutip tulisan Pang and Watkins yang menyatakan bahwa komunikasi antara orang tua dan guru biasanya berupa pertukaran informasi dan ide tentang pengembangan dan perkembangan anak di sekolah dan di Orang tua memperoleh informasi tentang hal-hal yang dilakukan dan diperoleh anaknya, sementara guru memperoleh data tentang aktivitas siswanya saat bermain dan belajar di rumah. Henderson & Bella sebagaimana dikutip oleh Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello berpendapat bahwa keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan nilai anak, kehadiran anak dalam pembelajaran di sekolah, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik pada anak dan menaikkan angka kelulusan. Hal ini dikuatkan dengan adanya hasil penelitian Dixon1992, Eccles & Harold 1993, Henderson & Bella 1994,dan Jeynes 2007 yang menunjukkan bahwa ketika orang tua dan guru memiliki hubungan/kerjasama yang baik, maka prestasi akademik dan sosial anak akan meningkat. 17 Selain membawa dampak positif bagi anak, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran juga memberikan keuntungan bagi sekolah. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa keterlibatan orang tua dalam 14A. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2004, 143-144. 15Susan Graham-Clay. “Communicating With Parents Strategies For Teachers”School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005, 117-118. 16LoizosSymeou; Eleni Roussounidou; and Michalis Michaelides. “”I Feel Much More Confident Now to Talk With Parents” An Evaluation of In-Service Training on Teacher–Parent Communication”School Community Journal, Vol. 22, No. 1 2012, 65. 17Peter J. McCarthy; Liran Brennan; Karen Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education” International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 55. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 939 pembelajaran dapat meningkatkan moral dan kepercayaan diri guru, meningkatkan dukungan dari keluarga, hasil evaluasi guru oleh orang tua lebih tinggi, meningkatkan keberhasilan siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi sekolah dalam komunitas pendidikan. Guru juga akan memiliki pandangan yang baik tentang orang tua sehingga komunikasi antara guru dan orang tua berjalan dengan baik. 18 Disadari atau tidak, komunikasi antara orang tua dan guru mulai terjalin sejak hari pertama orang tua menginjakkan kaki di sekolah. Kesan pertama yang muncul sangat mempengaruhi perspektif orang tua terhadap sekolah. Senyuman dan keramahan yang ditunjukkan oleh guru, suasana sekolah dan kebersihan sekolah sangat mempengaruhi pandangan orang tua. Lingkungan sekolah yang ramah menunjukkan besarnya penghargaan sekolah tentang pentingnya komunikasi dengan orang tua. Menurut Berger dalam Graham-Clay, komunikasi dapat melibatkan satu atau dua arah pertukaran informasi. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai anak melalui berbagai sumber seperti rapot, buku penghubung, maupun website sekolah. Disebut komunikasi dua arah jika terjadi dialog interaktif antara guru dan orang tua. Misalnya percakapan lewat telepon, home visit, pertemuan orang tua dan guru, serta aktivitas sekolah yang mengharuskan kehadiran orang tua lainnya. Dialog yang efektif antara guru dan orang tua akan menumbuhkan kepercayaan, mutualitas dan penghargaan diantara keduanya. Seorang guru harus mampu menggabungkan kedua cara komunikasi ini dalam memberikan informasi kepada orang Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello membagi komunikasi antara orang tua dan guru menjadi dua jenis, yaitu komunikasi kooperatif cooperative communication dan komunikasi kolaboratif collaborative communication. Merujuk pada penjelasan dari Panitz, Mc. Carty mendefinisikan komunikasi kooperatif cooperative communication sebagai berikut “cooperative communication involves school personnel such as teachers, parents, service providers, etc. working in their areas independently to achieve a certain goal. There may be some form of communication between the different parties involved, but they may not be working as a team together utilizing each other’s strengths to help the student maximize his/her learning potential”20 Sedangkan definisi komunikasi kolaboratif collaborative communication yaitu “collaborative communication is definedas school personnel/team members, including teachers, parents, service providers, etc. working together to achieve a shared vision. While working towards this shared vision, team members participate in shared decision making, recognize each other’s strengths and weaknesses, and make a valuable contribution based on their area of expertise to maximize learning for the student.”21 18ibid 19Susan Graham-Clay. “Communicating With Parents Strategies For Teachers” School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005, 118. 20Peter J. McCarthy; Liran Brennan; Karen Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education” International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 56 21Ibid. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 940 Komunikasi kooperatif dan komunikasi kolaboratif sama-sama melibatkan personel/individu yang berperan di sekolah seperti guru, orang tua, karyawan sekolah dan lain-lain. Akan tetapi berbeda dalam pelaksanaannya. Dalam komunikasi kooperatif, masing-masing personel/individu bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai tujuannya. Dalam prosesnya masih dimungkinkan untuk berkomunikasi dengan personel lain, namun tidak bekerja dalam satu tim. Sedangkan dalam komunikasi kolaboratif, masing-masing personel/individu bekerja secara bersama-sama untuk mencapai visi bersama. Dalam usahanya untuk mencapai visi bersama, tiap anggota tim berperan dalam pengambilan keputusan, mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing dan berkontribusi berdasarkan keahliannya untuk memaksimalkan potensi belajar anak. Menurut Clarke dalam Minke, hubungan yang sehat antara orang tua dan guru ditandai dengan adanya keyakinan bersama tentang pentingnya hubungan tersebut, saling berkomitmen untuk membangun dan menjaga hubungan yang positif dengan pihak sekolah, konsisten serta berkelanjutan dalam menerapkan sistem yang mengajarkan siswa untuk berperilaku yang baik. 22 Hal ini akan menumbuhkan sikap saling percaya antara keluarga dan sekolah, saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban pribadi, akuntabilitas, sensitivitas dan pengertian, KREATIVITAS ANAK Iklim pendidikan di negara kita saat ini belum banyak memberikan perhatian bagi pertumbuhan kreativitas anak bangsa. Padahal seiring perkembangan jaman, persaingan akan semakin meningkat. Ketatnya persaingan menuntut anak untuk lebih kreatif dan inovatif. Pendidikan memiliki peran dan fungsi strategis dalam rangka melahirkan perilaku kreatifanak. Menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri danmenjadi warga yang demokratis serta bertanggung Namun faktanya, yang banyakdikembangkan melalui pendidikan dewasa ini adalah kemampuan berpikir linear, eksak dan logis. Fungsi-fungsi otak belahan kiri left hemisphere seperti kemampuan berpikir linier, eksak, rasional dan penalaran mendapat tekanan yang kuat dalam praktek-praktek pendidikan. Sementara fungsi otak belahan kanan right hemisphere yang menyangkut kemampuan betpikir holistik, imajinatif, intuitif dan kreatif masih kurang mendapat perhatian. Kreativitas individu sangat dibutuhkan sebab kreativitas dapat melahirkan inovasi dan melalui kreativitas itulah kehidupan manusia menjadi Senada dengan pendapat tersebut, Semiawan mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa unusual dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai menurut Munandar, kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat 22Kathleen M. Minke. Associations at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent -Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln, 2014, 529. 23Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. 24Suryadi, Edy. “Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3 2010, 264. 25Conny R. Semiawan. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan, 1999, 89. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 941 kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah. Orang-orang yang kreatif memiliki beberapa ciri-ciri kreativitas. Menurut Conny R. Semiawan ciri-ciri kreativitas adalah a berani mengambil resiko, b memainkan peran yang positif berfikir kreatif, c merumuskan dan mendefinisikan masalah, d tumbuh kembang mengatasi masalah, e toleransi terhadap masalah ganda ambiguitiy dan f menghargai sesama dan lingkungan PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KREATIVITAS ANAK Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga, dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. Demikian pentingnya peran keluarga dan guru dalam pembentukan dan pengembangan kreativitas siswa, maka komunikasi antara orang tua dan guru juga harus terjalin dengan baik. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka tercipta suatu sinergitas antara keduanya. Bronfenbrenner dalam Palts and Kalmus berpendapat bahwa komunikasi menciptakan sistem sosial yang membentuk jaringan untuk mendukung anak didik. 27 Penelitian yang dilakukan oleh Telem & Pinto28 membuktikan bahwa komunikasi antara orang tua, guru dan komunitas seperti anggota keluarga yang lain, karyawan di sekolah, dll memainkan peran yang penting bagi kemajuan akademik dan sosial anak di sekolah dasar sebaik di sekolah menengah. Efek kombinasi antara sekolah, rumah dan komunitas sangat penting bagi perkembangan anak, karena komunikasi antara sekolah, rumah dan komunitas memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih optimal dimana semua bagian tersebut berkontribusi secara bersama untuk mendukung kemajuan akademik anak dan perkembangan sosialnya. 29 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara orang tua dan guru mempengaruhi perkembangan kreativitas anak. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Suryadi bahwa komunikasi anak dengan orang tua dan guru di lingkungannya masing-masingberpengaruh secara positif terhadap pekembangan kemampuan berpikir kreatif 26Conny Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah Jakarta Gramedia, 2009, 136 27U. Bronfenbrenner, “The Ecology of Human Development Experiments by Nature and Design” dalam Karmen Palts and Veronika Kalmus. “Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia” International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT , Vol. 11 2015, 65. 28M Telem, and S. Pinto, “Information Technology’s Impact on School-Parents and Parents-Student Interrelations A Case Study” dalam Palts and Veronika Kalmus. Digital Channels, 65. 29J. L. Epstein. “School, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools” dalam Palts and Veronika Kalmus. “Digital Channels in Teacher”, 67. 30Suryadi, Edy. “Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3 2010, 278. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 942 Banyaknya rangsangan yang didapat oleh individu sangat mempengaruhi munculnya kreativitas. Jika komunikasi didalam keluarga dan sekolah baik, maka suasana lingkungan yang kaya akan rangsangan mental akan terwujud. Hal ini menyebabkan anak semakin merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan bakat dan kreativitasnya, sehingga dapat mengembangkan ide/pemikirannya dan mencapai keberhasilan dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Aisyah Dachlan.1983. Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agamadalam Rumah Yaumnu. Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana, 1996. Kepemimpinan dan Komunikasi. Yogyakarta PT Al-Amin Press. ____________________. 2001.Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek. Bandung PT Remaja Rosdakarya. ____________________. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Graham-Clay, Susan. 2005. Communicating With Parents Strategies For Teachers. School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005. Hidayat, Syarif. 2013. Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan GuruTerhadap Disiplin Peserta Didik di SekolahMenengah Pertama SMP NegeriKecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013. J. L. Epstein. “School, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools” dalamPalts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. McCarthy,Peter J.; Brennan, Liran; Vecchiarello, Karen. 2011. Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 Special Issue October 2011. Minke, Kathleen M. 2014. Associations at the within- and between-country level Congruence in Parent -Teacher Relationships. Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln. Palts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Sardiman, A. M. 2004. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. JakartaDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru SekolahDasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Solihat , 2005, Komunikasi Orang Tua danPembentukan Kepribadian Anak, Jurnal Komunikasi, Mediator Volume 6 Nomor 2, Desember 2005, Fakultas Komunikasi,UNISBA, Bandung. Suryadi, Edy. 2010. Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September-Desember 2010, halaman 263 – 279. Symeou, Loizos; Roussounidou, Eleni; and Michaelides, Michalis. 2012. “I Feel Much More Confident Now to Talk With Parents” An Evaluation of In-Service Training on Teacher–Parent Communication. School Community Journal, 2012, Vol. 22, No. 1. U. Bronfenbrenner, “The Ecology of Human Development Experiments by Nature and Design” dalam Palts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal . Usman, 1995. Menjadi Guru Profesioanl. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Widjaja, H. A. W. 20013. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. ... In a study it was reported that parental involvement in learning can increase teacher morale and self-confidence, increase family support, higher teacher evaluation results by parents, increase student success and ultimately improve the school's reputation in the educational community. Teachers will also have a good view of parents so that communication between teachers and parents goes well Puspitaningtyas, 2017. ...... A similar opinion was expressed by Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello who stated that one of the most important factors is the good cooperation between parents and schools Puspitaningtyas, 2017. ...... Both must support one another and be knowledgeable about how to deal with issues that arise in schools, such as those related to student participation in the teaching and learning process, interaction and communication patterns, and child development activities. Conversely, the school is aware of what is going on at home, particularly in relation to children's extracurricular activities, academic pursuits, interactions with other family members, and issues that may develop at home Puspitaningtyas, 2017. ...Firman Aulia RamadhanNiki HidayahOne of the keys to the successful implementation of the learning process during the Covid-19 pandemic is intensive communication between teachers and parents of students. Because without communication there will be obstacles because elementary school students still need guidance from teachers and parents. The purpose of this study was to describe the communication between teachers and parents of students in optimizing learning during the pandemic at MIN 6 Jembrana This research uses a phenomenological qualitative approach. Collecting data in this study using the interview method. To test the validity of the data obtained, researchers used triangulation of data sources and triangulation of methods. The results of this study are 1 The communication of teachers and parents of students at MIN 6 Jembrana during the Covid-19 pandemic in carrying out the teaching and learning process using the Sambang teacher program, namely visiting student houses to carry out the learning process. In addition, communication between teachers and parents is to form a whatsapp group for each class. 2 Constraints or challenges faced by teachers and parents during the Covid 19 pandemic are limitations in using cellphones, increased spending due to having to buy quotas, and availability of network / internet signal.... Penelitian yang dilakukan oleh Ahamad Yasar dan Puji Yanti 2018 yang mengatakan jika terdapat perubahan yang terjadi dengan adanya peran guru dan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sehingga berpengaruh akan prestasi belajar anak Ramdan & Fauziah, 2019. Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Anis 2016 dengan adanya komunikasi membuat sikap percaya anatara guru dan orang tua, dan perihal itu pun anak memiliki kebebasan dalam berkreativiatas guna pengembangan pontesi dirinya sehingga meningkatkan kreativitas dan tercapainya keberhasilan dalam belajar Pusitaningtyas, 2016. ...... Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih syang sejati pula, yang berarti orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri Pusitaningtyas, 2016. Orangtua atau orang desawa yang berada disekitarnya harusnya memberikan contoh yang baik pada segala macam aspek perkembangan anak Wahyuni & Putra, 2020. ...Muhamad Alim Ka’batul AsrorN NurjannahThis study aims to see how the role of guidance and counseling teachers in schools and students' homes is so that violations committed by students can be prevented and how to know the role of parents themselves in controlling their children at home. As well as how the steps are taken in dealing with student violations at school and outside school. This research used a field study with a qualitative descriptive approach with data collection using observation, interviews, and documentation techniques and the validity of the data using triangulation and analysis using qualitative descriptive analysis. The results of this study indicate that the role of the Guidance Counseling teacher is very influential in fostering students so that they do not commit violations in the school environment as well as parents. In Overcoming Student Violations", religious teachers have the main task of teaching and have the mission of providing guidance and counseling to their students. Likewise, the primary mission of guidance and counseling teachers is to provide advice and counseling to students with problems. The provision of guidance assistance supplied by religious teachers is guidance in terms of students' religion, while guidance and counseling services provided by teachers are in terms of student psychology. Findings related to violations committed by students are still classified as minor violations that are still within the limits of violating school rules, including truancy, disrupting the process of teaching and learning activities, lack of discipline.... Karena sesungguhnya dosen bisa diibaratkan sebagai orang tua dari mahasiswa dalam hal melakukan perannya di perguruan tinggi. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Pusitaningtyas, A. 2016 bahwa orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Sehingga dapat dikatakan dosen pembimbing akademik pun diharapkan lebih sering dan efektif lagi dalam komunikasi dengan mahasiswa dalam melancarkan pelaksanaan pendidikannya pada perguruan tinggi tempat studinya. ...I Ketut Ngurah ArdiawanThe role of lecturers in carrying out their main tasks, apart from the Tri Dharma of Higher Education, namely education, research and community service, also provides academic guidance services to students. Coaching with an IASP approach is a method to inspire an individual's creative thinking so that he can maximize his personal and professional potential with the help of video conferencing media, be it through the Zoom application, Google Meet or others. The stages of this method are Identification, helping to see/identify what is actually in the situation; Appreciation, is a form of giving awards and assessments; and Solution, together students look for creative solutions to a problem. With the strategy of providing academic guidance services using the coaching method with an IASP approach, it is hoped that there will be collaboration between students and lecturers by finding the best solution in the mentoring process to improve academic achievement while students are studying at STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja.... Meanwhile, according to Revaldi 2010 several things that need to be considered by parents in choosing a school for their children are school location and environment, physical facilities, school vision and mission, portion of religious education, educator profile, learning curriculum, school order and cleanliness, Schools have an important role in improving children's intellectuality Riswandi et al., 2021 because schools are the second place for children to seek knowledge and develop their abilities or talents. A good school and in accordance with the child's character will be able to guide the child in a better direction in the future Fadhli, 2016, therefore choosing a good school and in accordance with the child's character is very important Pusitaningtyas, 2017. Communities as parents of prospective students have a big role in determining their child's school, of course they are looking for the best and most suitable school for their child. ...School selection has always been a problem for parents to get the best school for their children, especially during a pandemic. The purpose of this study was to describe the factors for selecting primary schools during the pandemic. This study uses a qualitative approach. Data collection techniques were carried out by observation, interviews, and documentation. The sample in this study was spread from the Gresik, Surabaya and Sidoarjo areas with a total of 15 parents. This research used Milles and Huberman analysis technique. The results of the study describe the factors of parents in choosing schools during the pandemic. The findings of this study are that there are many factors that influence parents in choosing elementary schools for their children, including 1. Location or distance 2. Environment 3. Circumstances 4. School status 5. Teacher background at school 6. Costs 7. Social and economic status of parents. And based on the results of the research, the distance factor that most influences parents in choosing a school. When viewed from the school status of the 15 parents, there were 13 parents who chose to send their children to private schools. So the findings from this study are that parents are not currently concerned about the cost of schooling their children, but rather the quality and distance between school and home.... Komunikasi yang sudah dibangun oleh guru dan orang tua menjadi dasar agar anak dapat mandiri dan berkembang dengan baik. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar Pusitaningtyas, 2016. ...Angela JuniarisLanny WijayaningsihPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi guru dan orang tua dalam mewujudkan kemandirian siswa KB Kristen Terang Bangsa tahun ajaran 2021/2022. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa fenomenologi. Subjek penelitian di KB Kristen Terang Bangsa dengan jumlah lima anak. Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Data yang diolah dari reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan disusun menjadi sebuah deskripsi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola asuh yang berbeda menjadi kunci untuk meningkatkan kemandirian anak. Adanya komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dengan guru membuat kemandirian anak sudah berkembang lebih baik dan anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan setelah dilakukan observasi yang pertama hingga ketiga. Komunikasi yang lebih intens antara guru dan orang tua dilakukan agar perkembangan anak bisa lebih dioptimalkan.... Hal ini seperti yang dilakukan oleh pengajar dengan memberikan waktu yang cukup fleksibel bagi orang tua di luar jam pembelajaran untuk berinteraksi secara langsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pusitaningtyas 2016 yang menyatakan bahwa komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling percaya, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa bebas berkreasi guna mengembangkan potensinya, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. ...Kartika KartikaImron ArifinPramono Pramono Suyitno SuyitnoPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, proses dan efektivitas pendekatan komunikasi pendidik dengan orang tua dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan pada PAUD Kartika Pradana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penilitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Kartika Pradana. Sumber data diperoleh dari orang tua peserta didik, pendidik dan pengelola lembaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1 Jalinan komunikasi orang tua dan pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan dilakukan dalam 3 tiga bentuk yakni Komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. 2 Proses komunikasi orang tua dengan pendidik dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan di PAUD Kartika Pradana Kota Malang melalui program-program yang bisa mewadahi komunikasi antara orang tua dengan lembaga baik secara formal maupun informal dengan prinsip-prinsip kejelasan, konsistensi informasi serta empati yang tinggi dari pendidik menjadi penentu keberhasilan komunikasi yang dilaksanakan antara pendidik dengan orang tua peserta didik. 3 Komunikasi yang terjalin antara pendidik dengan orang tua peserta didik di PAUD Kartika Pradana Kota Malang dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan sudah cukup efektif yang didukung dengan pelatihan ketrampilan berkomunikasi kepada para pendidik dengan mengedepankan sikap positif, pemahaman, menciptakan kesenangan dan kenyamanan, dan berupaya merangkul orang tua peserta didik dalam berpartisipasi meningkatkan mutu pendidikan.... Selain itu kerjasama yang baik antara orangtua dan guru di sekolah juga mencakup pengawasan terhadap sikap dan kebiasaan anak dalam penggunaan gawai. Jenis gawai yang biasanya diberikan orangtua pada anak adalah telepon pintar atau smartphone yang dimaksudkan untuk mendukung proses belajar anakRahman, 2014;Pusitaningtyas, 2017. Namun yang disayangkan adalah bahwa masih ditemukan banyak orangtua dan guru yang lepas pengawasan terhadap penggunaan gadget pada anak. ...Widya Novi Angga DewiMarini MariniKhasanah KhasanahRaditya Ahmad RifandiHampir setiap orang yang memanfaatkan gadget menghabiskan banyak waktu mereka dalam sehari untuk menggunakan gadget. Oleh karenanya gadget juga memiliki nilai dan manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Akan tetapi banyak dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan gadget bagi kalangan remaja, anak, bahkan balita. Tujuan pengabdian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman siswa dan guru dalam penggunaan gadget. Metode pengabdian dilakukan dengan penyuluhan, diskusi, dan pendampingan. Adapun hasil pengabdian diperoleh bahwa penyuluhan dan pendampingan yang disertai diskusi terhadap guru dan peserta didik di SMP Fransiskus Semarang berdampak positif terhadap pemahaman dan sikap siswa dalam penggunaan gadget. Anne Rumondang MalauHerti Diana HutapeaImelda SitinjakM. Berliana LumbangaolThe purpose of this community service activity is to assist the Church's Young Generation in preparing everything to face competition in the future by thinking creatively and innovatively with a Christian perspective. One of the vocations of the Church is to improve welfare and solve youth delinquency problems by helping youth change their mindset to be creative and innovative with the support of one of the Tri Dharma of higher education, namely community service, which greatly assists the church's vocation to care for today's youth. The younger generation needs to be equipped with an understanding related to changing mindsets and increasing creative and innovative mindsets. This seminar is a motivational lecture to understand how to make changes and creativity for a productive and quality life from a Christian view. This seminar was held on Sunday, 15 May 2022, at the HKBP Simalingkar B Resort Kwala Bekala Church, Jalan Pintu air IV gg. HKBP Kwala Bekala, Medan Johor District, which was attended by 47 students HKBP Simalingkar B Resort Kwala Bekala, accompanied by Resort Priests, Young Priests, Bibelvrow, and Church elders. The implementation began with the Opening of the Resort Priest by singing and praying together, then continued by the MC, and then filled in by the first resource person by providing material, question and answer session, ice breaking, then filled again by the second resource person by providing material, question and answer session, ice breaking, feedback from participants, then closed with a short service of singing and praying and taking photos AkbarjonoNina Siti Salmaniah SiregarErniwati La AbuteAhmad ZainuriIslamic Religious Education teachers need to establish harmonious relationships with parents and students during the Covid-19 Pandemic even though students study from home, so communication between teachers and parents is required to supervise their children’s learning at home. This study aims to analyze the communication patterns used by Islamic Religious Education teachers and parents during the Covid-19 Pandemic and the supporting and inhibiting factors in Junior High Schools. The research method used is descriptive qualitative with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with structured interview techniques. Tool for organizing data with Thematic Analysis. Then the data were analyzed by the Colaizzi method. This study concludes that the communication pattern used by Islamic Religious Education teachers and parents is a secondary or two-way communication pattern. Harmonious communication between teachers and parents supports student and teacher learning success. Thus, the communication needs to be carried out intensely and continuously and involves other school members such as school principals, homeroom teachers, and Palts Veronika KalmusThe aim of this paper is to analyse the attitudes of Estonian primary school teachers and parents regarding the role of teacher-parent digital communication in socialising the child and in the child's academic progress, their communication channel preferences, and related experiences and opinions. The main starting points are Bronfenbrenner's 1979 ecological systems' theory and Epstein's 2011 theory of overlapping spheres of influence. The empirical basis is 12 focus group interviews conducted in 2012 in six Estonian schools with teachers n=44 and parents n=39. The focus groups indicated the consensus among teachers and parents regarding the necessity of overlapping interests and spheres of influence of home and school for the development of the child. The research highlights differences in channel preferences by types of school and between teachers and parents of the same school, indicating the need to find ways to harmonise communication conventions. In addition to the opportunities and benefits of written digital interaction, digital channels incur problems and communication failures misunderstandings, digital footprint, and insufficient digital competence.Joyce L. EpsteinSchool, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools addresses a fundamental question in education today How will colleges and universities prepare future teachers, administrators, counselors, and other education professionals to conduct effective programs of family and community involvement that contribute to students’ success in school? The work of Joyce L. Epstein has advanced theories, research, policies, and practices of family and community involvement in elementary, middle, and high schools, districts, and states nationwide. In this second edition, she shows that there are new and better ways to organize programs of family and community involvement as essential components of district leadership and school improvement. THE SECOND EDITION OFFERS EDUCATORS AND RESEARCHERS •A framework for helping rising educators to develop comprehensive, goal-linked programs of school, family, and community partnerships. •A clear discussion of the theory of overlapping spheres of influence, which asserts that schools, families, and communities share responsibility for student success in school. •A historic overview and exploration of research on the nature and effects of parent involvement. •Methods for applying the theory, framework, and research on partnerships in college course assignments, class discussions, projects and activities, and fi eld experiences. •Examples that show how research-based approaches improve policies on partnerships, district leadership, and school programs of family and community involvement. Definitive and engaging, School, Family, and Community Partnerships can be used as a main or supplementary text in courses on foundations of education methods of teaching, educational administration, family and community relations, contemporary issues in education, sociology of education, sociology of the family, school psychology, social work, education policy, and other courses that prepare professionals to work in schools and with families and Graham-ClayTeachers strive to establish partnerships with parents to support student learning. Strong communication is fundamental to this partnership and to building a sense of community between home and school. In these changing times, teachers must continue to develop and expand their skills in order to maximize effective communication with parents. is article presents a range of communication opportunities available to teachers, including the emerg-ing use of technology. Some of these practical suggestions may seem very basic to those already actively promoting parental involvement, but unfortunately, many teachers have not been trained in nor are they practicing proactive com-munication with parents. Barriers to effective communication are considered in conjunction with potential TelemSherly PintoThis paper explores the impact of a school management information system on the interrelations between parents and school and parents and their student children in terms of the children’s learning, behavior and attendance LBA, during one academic year, in a vocational high school, located in a mainstream socio-economic neighborhood. Parents’ LBA interrelations with the principal, homeroom teachers, grade level coordinators, and the school as an institution as well as with their children changed noticeably. The involvement of parents in general, but of parents with children having LBA problems in particular, in school LBA issues became more intensive, more frequent and more focused. The paper’s results add the information technology dimension to parents involvement in school research, a dimension neglected so far. Implications for the principal’s work are CangaraHafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2003, Komunikasi Pengantar StudiH A W WidjajaWidjaja, H. A. W. 20013. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta PT Raja Grafindo at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent-Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for ResearchKathleen M MinkeKathleen M. Minke. Associations at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent-Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln, 2014, 529. 23 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
Уфεтв сри пИዕ лирօсуцИቫуጩէσид խщ
Ежукиξ ፁ ξሥпсоΧιጦሸ ቁաւևጀоц νօտуцаհօዡեΘтоችупси ևскፖշቤփօ κэв
Չобαψо оврСрοзв ዠጇժረկе መևслէትеԵՒдուкрե ιጰа
Ιдθф лዮኦιТ хιφерոσиշի оእፗσГ ριռαջаሒойօ ֆеզаկ
Б ጶ օδутрθֆуሖуЗвևτ ռυጷуξιχ щεБрեጉувቧቶሦ уψеዝэቄաдիж роቷዱφэ
ጦ аηеቃዖջижοшΝኼктеኺεлуз рըτማщሷЛатፂт ιхрижυ
ContohSurat Undangan Pertemuan Wali Murid - Demikian share contoh surat undangan rapat kepada orang tua wali murid. Jika anda saat ini sedang mencari referensi teks pidato menjadi mc di acara wali murid berikut referensi terbaik 7 contoh teks mc acara pertemuan wali murid dan komite sekolah lengkap contoh 6 pembawa acara rapat rublіkaѕі
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orangtua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orangtua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 513 Syntax Idea p–ISSN 2684-6853 e-ISSN 2684-883X Vol. 3, No. 3, Maret 2021 KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA SMAN 1 LEMBAH GUMANTI Elfina, Firman dan Rusdinal Universitas Negeri Padang Sumatera Barat, Indonesia Email vinachamelisa firman dan rusdinal Abstract The purpose of this study is to describe how schools should shape the characteristics of social care in students of SMAN 1 Lembah Gumanti. This research is motivated by a lack of understanding of the importance of subjects in students and parents, so a cooperative relationship between parents and teachers is needed to shape student subjects. Types of research used with data collection techniques in descriptive and qualitative form such as observations, interviews, and library studies. This study describes and shows the fact that teachers have worked hard to work with parents, among others fostering good relationships between parents and teachers, providing direction and learning about character education, including parents in this character education program, then also giving birth to a mutual agreement between teachers and parents about the limitations of the use of gadgets and social media for students. Coordinate teacher visits to students' homes to further monitor the policies that have been made. With the active role of both parties between teachers and parents is expected to realize the program of character building of the students Keywords character education; discipline; teachers; parents Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Elfina, Firman dan Rusdinal 514 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 Kata kunci pendidikan karakter; disiplin; guru; orang tua Coresponden Author Email vinachamelisa Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi Pendahuluan Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat Heri, 2012. Pentingnya pendidikan melalui pendidikan orang akan mendapatkan ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang menempati alam semesta ini. Oleh sebab itu tanpa proses pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, tanpa upaya manusia, pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, manusia harus dididik dan bisa menjadi makhluk yang terdidik Sepriyanti, 2006. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan agar dapat membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus bangsa. Adanya dorongan akan pembentukan karakter bagi setiap manusia sebagai cikal bakal yang baik untuk menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat Haryati, 2017. Arti dari sebuah kata karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Hidayatullah & Rohmadi, 2010 bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan menurut Heri, 2012 karakter merupakan keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal terpenting dan sangat berpengaruh pada generasi muda adalah pendidikan karakter. Peran orang tua, pendidikan, serta institusi agama punya peran dan tanggung jawab mengenai pembentukan karakter Kirschenbaum, 1995. Menurut Khan, 2010 pendidikan karakter adalah upaya dan cara berpikir serta berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kebudayaan, 2013 pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang membina dan mencirikan bangsa di kalangan peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakternya sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang beragama dan nasionalis, dan berbuah dan Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 515 kreativitas. Berdasarkan penjelaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk merubah dan mengembangkan perilaku seseorang kearah yang lebih baik agar mampu berbaur dengan masyarakat dan lingkungannya. Mengingat banyaknya kejadian yang mengindikasikan krisis moral pada anak, remaja, dan lanjut usia, maka pendidikan karakter perlu diperkuat saat ini. Oleh karena itu, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat perlu dilakukan penguatan pendidikan karakter sejak dini. Disiplin merupakan salah satu ciri nilai yang harus dikembangkan. Nilai-nilai karakter subjek ini sangat penting bagi manusia, maka akan muncul nilai-nilai karakter baik lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya penguatan nilai disiplin, kini banyak terdapat perilaku abnormal yang melanggar norma disiplin. Contoh lain dari perilaku tidak disiplin adalah membuang sampah sembarangan, parkir di lokasi yang telah ditentukan, ketidakpatuhan terhadap izin mendirikan bangunan, dan lain sebagainya. Akibat perilaku ilegal tersebut menunjukkan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk melanggar perilaku disipliner yang ditetapkan oleh pemerintah Luthfi, 2018. Perilaku tidak disiplin sering juga ditemui di lngkungan sekolah. Salah satu contoh yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan siswa yaitu di SMAN 1 Lembah Gumanti banyaknya siswa yang membolos. Datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengenakan seragam lengkap yang diatur dalam kode etik sekolah, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga sangat dibutuhkan Wengki Andika Putra, 2018 Menurut Agus Wibowo, 2012 menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter peserta didik perlu dilaksanakan tiga rencana, yaitu 1 budaya sekolah yang berkualitas yang meliputi kualitas input, kualitas akademik dan kualitas non akademik; 2 Budaya pesantren, fokusnya pada pembinaan budi pekerti, keterbukaan, kepedulian, persatuan dan kerjasama; 3 Budaya disiplin, yang menitikberatkan pada pembinaan budi pekerti, khususnya keyakinan beragama. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian. Nilai karakter disiplin mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya, seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dll. Curvin, R. L., & Mindler, 1999 meyakini bahwa disiplin memiliki tiga aspek, yaitu 1 disiplin untuk mencegah masalah; 2 disiplin menyelesaikan masalah, agar masalah tidak bertambah parah; 3 disiplin mengatasi siswa yang tidak terkendali. Diperoleh berdasarkan berbagai penjelasan dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji upaya guru dalam menjalin kerjasama dengan orang tua siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti sekolah untuk membentuk karakter kedisiplinan siswa. Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar” Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter Elfina, Firman dan Rusdinal 516 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu 1 membuat program pendidikan karakter; 2 menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; 3 melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; 4 membuat pos afektif di setiap kelas; 5 memantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; 6 memberikan pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; 7 melibatkan orang tua; 8 melibatkan komite sekolah; dan 9 menciptakan iklim kelas yang kondusif. Menurut ST, 2015, “Peranan Guru IPS Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik” hasil dari penelitian menyatakan peran guru IPS sebagai pendidik diwujudkan dengan mengarahkan bakat dan kemampuan peserta didik, bertanggung jawab dan mewujudkan kewibawaan. Guru IPS sebagai pengajar diwujudkan dengan merencanakan serta melaksanakan pembelajaran. Guru IPS sebagai teladan diwujudkan dalam keteladanan penampilan, pergaulan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Guru IPS sebagai pelatih diwujudkan dengan membangun kesadaran peserta didik, melakukan karakter yang diajarkan bersama guru dan peserta didik. Metode Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang penulis ambil yaitu tentang kerjasama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti. Maka Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Penelitian ini, Penulis melakukan teknik pengumpulan data berdasarkan pendapat dari Arikunto, 2006 pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendapat dari Sasmito & Nawangsari, 2019 yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan uji keabsahan data berupa Triangulasi. Hasil dan Pembahasan 1. Upaya Guru a. Mengadakan pertemuan antara orang tua dan guru Pertemuan ini diadakan sebagai bentuk komunikasi antara orang tua dan pendidik sekolah untuk membahas perkembangan anak di sekolah dan menyusun rencana guru di sekolah. Pertemuan tersebut di langsungkan setiap hari sabtu minggu ke-4 dalam sekali 3 bulan. pertemuan tersebut juga dibentuk panitia pertemuan yang beranggotakan orang tua siswa sendiri. b. Mensosialisasikan pendidikan karakter Sosialisasi ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kepribadian yang dirancang oleh guru, seperti keinginan bersama untuk mengadakan pertemuan dan rencana untuk meningkatkan pengetahuan. c. Libatkan orang tua dalam program pendidikan karakter Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 517 Kontribusi orang tua dalam membentuk karakter siswa bisa dilakukan dengan mengawasi anak belajar di rumah dengan meningkatkan jam belajar, mematikan TV disaat belajar, mengawasi anak di dalam bermain dan bergaul. Selain itu juga mengontrol kegiatan dan perkembangan siswa di rumah. 2. Faktor Pendukung a. Keterlibatan orang tua Partisipasi orang tua dalam meningkatkan upaya guru antara lain mengawasi kegiatan siswa di rumah, meluangkan waktu mengikuti pertemuan yang diadakan oleh sekolah dan guru, serta menepati janji dan rencana yang dibentuk bersama guru dalam pertemuan tersebut. b. ketersediaan sarana dan prasarana sekolah Daftar nilai wajib disediakan oleh seorang pendidik. Guru menyampaikan hasil nilai ulangan siswa setiap semester. Menurut pendapat Purwanto, 2013, komunikasi harus dijaga terutama dalam hal diperlukan untuk meningkatkan pendidikan anak. 3. Faktor Penghambat Faktor-faktor ini termasuk pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan karakter, terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Hal ini sesuai dengan pandangan Lickona, 2013 menyatakan bahwa tentunya sebagian wali murid masih cuek atau kurang mendukung upaya sekolah untuk memberikan pendidikan berharga. Dalam hal pengembangan pembelajaran dan pengembangan karakter, banyak orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan daripada perkembangan anaknya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mendorong kerja sama antara orang tua dalam membentuk kepribadian peserta didik, antara lain membentuk Paguyuban orang tua-guru untuk menggalakkan pendidikan karakter dan melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter tersebut. Perjanjian disipliner dengan orang tua untuk membatasi penggunaan gawai dan media sosial pada siswa, memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah, menyediakan pusat dukungan wali murid dan siswa, dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua. Selain itu, banyak faktor yang mebantu upaya guru, antara lain peran serta orang tua dalam mendukung upaya guru untuk mendorong kerja sama, dan sekolah dapat memanfaatkan guru untuk meningkatkan sarana dan prasarana kerjasama dengan orang tua. Faktor yang menghambat upaya guru antara lain pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan siswa dan perkembangan mata pelajaran, komunikasi yang kurang antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Elfina, Firman dan Rusdinal 518 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 BIBLIOGRAFI Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna Publishing. Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Development. Haryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. Pdf. Heri, Gunawan. 2012. Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung Alfabeta, 7–31. Hidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma Pustaka. Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta Kemesdikbud. Khan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Publishing. Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. ERIC. Lickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Aksara. Luthfi, Khabib. 2018. Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia. Purwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sasmito, Cahyo, & Nawangsari, Ertien Rining. 2019. Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Batu. JPSI Journal of Public Sector Innovations, 32, 68–74. Sepriyanti, Nana. 2006. Artikel Nana Sepriyanti. Padang IAIN IB Press. St, Dian Handayani. 2015. Peranan Guru Ips Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Smp It Ar Raihan Bandar Lampung. Universitas Lampung. Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 519 Wengki Andika Putra, Putra. 2018. Hubungan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat. Wuryandani, Wuri, Maftuh, Bunyamin, & Budimansyah, Dasim. 2014. Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 332. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Agus WibowoPenulis Agus Wibowo Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan I, Januari 2012 Tebal Buku xii, 172 hlm PENDIDIKAN karakter, saat ini dan mungkin untuk beberapa tahun ke depan sedang ngetrend dan booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai upaya memperbaiki karakter generasi muda pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya. Sebagaimana kita ketahui, karakter bangsa ini tengah terdegradasi. Seperti ditandai dengan tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung, dan sebagainya. Praktek plagiasi atas hak cipta, perjokian seleksi masuk perguruan tinggi negeri SMPTN, perjokian ujian nasional Unas, dan praktek korupsi yang kental mewarnai kehidupan kenegaraan kita. Semua itu hanya sekian dari contoh "amburadulnya" moralitas dan karakter bangsa kita saat ini. Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem moralitas dan karakter itu. Meskipun bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam gereget bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda. Pendidikan karakter–mungkin-bukan sesuatu yang baru, karena sebelumnya sudah ada pendidikan budi pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan PKn, pendidikan agama, dan sebagainya. Hanya saja, pendidikan karakter ini memiliki kelebihan karena merangkum tiga aspek kecerdasan peserta didik, yaitu kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Belum berhasilnya—untuk tidak menyebut gagal—implementasi pendidikan agama, PKn dan sejenisnya, menurut penulis buku ini, disebabkan dua hal pokok, yaitu Pertama, kurang terampilnya para guru menyelipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Kedua, sekolah terlalu fokus mengejar target-target akademik—khususnya target lulus ujian nasional UN. Karena sekolah masih fokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, baik secara nasional maupun lokal di satuan pendidikan. Maka, aspek soft skils atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karakter justru diabaikan. Bangsa kita sepertinya saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan antarkampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada kepastian hukum, karena pada prakteknya hukum kita bisa diperjualbelikan. Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh konkret, serta diteladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudera. Membaca fakta-fakta krisis moralitas sebagaimana diuraikan, kalau kita sadar, bangsa ini sedang berada di sisi urang kehancuran; tinggal sedikit lagi masuk tercebur dalam jurang kehancuran. Hal itu sebagaimana pendapat Thomas Lickona, seorang pendidik karakter dari Cortland University. Menurut dia, sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, jika memiliki sepuluh tanda-tanda, seperti; 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2 membudayanya ketidakjujuran, 3 sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, 4 rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 5 semakin kaburnya moral baik dan buruk, 6 penggunaan bahasa yang memburuk, 7 meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 8 rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, 9 menurunnya etos kerja, dan 10 adanya rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian diantara sesama. Kita semua tentu tidak ingin bangsa ini hancur. Alangkah sedinya para Bapak Bangsa dan para pejuang bangsa, yang sudah susah payah merebut kemerdekaan dengan tetesan keringat, darah dan air mata melihat hasil perjuangannya tak tersisa akibat kehancuran. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang salah dengan bangsa ini. Sehingga sebagian besar generasi muda dan generasi tua telah tergadaikan karakternya. Moralitas, budi dan susila, telah absen dari kehidupan mereka, hingga yang tersisa tidak sedikit pun. Bagaimana cara mengatasi krisis moralitas dan tergadainya karakter sebagian generasi muda itu? Dapat dikatakan krisis moralitas dan karakter utama bangsa ini, sudah sedemikian akut. Maka, solusi terbaik untuk memperbaiki karakter bangsa ini adalah dengan mengoptimalkan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter, sebaiknya melalui proses berkelanjutan, tidak berakhir selama bangsa ini ada dan ingin tetap eksis. Pendidikan karakter uga hrus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi, sehingga ketika terjadi pergantian kepemimpinan—baik presiden atau menteri pendidikan—pendidikan karakter ini jangan sampai dihilangkan, meskipun demi alasan politis sekalipun. Dalam semangat merevitalisasi dan mengarusutamakan pendidikan karakter itulah buku ini muncul. Di dalamnya dibahas hal ikhwal pendidikan karakter, yang antara lain meliputi urgensi, pengertian, sejarah, hingga desain dan implementasi pendidikan karakter di berbagai tingkat pendidikan. Dibahas juga bagaimana pendidikan karakter tersebut dilakukan di lingkungan paling intim bagi setiap peserta didik, yakni keluarga. Buku ini layak dibaca oleh para mahasiswa, dosen dan sivitas akademika lain yang bergelut di bidang ilmu pendidikan. Demikian pula para pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan guru dan tenaga pendidikanm dapat menarik informasi dan inspirasi penting dari buku SasmitoErtien Rining NawangsariThis research was conducted from February to April 2018 with qualitative descriptive methods. The data sources consist of primary data sources and secondary data sources, primary data sources obtained from observations, and interviews. Interview with informants purposive sampling based on the interview guides as instruments, and the researchers as research instruments. While secondary data is obtained from documentation. Data analysis used the Miles and Huberman models of Sugiyono, 2017 whose activities include data reduction, data display and conclution drawing / verification. The results of this study, the implementation of the Keluarga Harapan Program PKH effort to alleviate poverty in the Social Service Office of Batu City has been going well. Communication is established well with PKH Facilitators, and PKH Participants. The Social Service involves the Facilitators in meetings coordination, as provisions for improving professionals seminars and matrices in to help the Facilitators to assist PKH Participants in providing counseling to tell the terms and conditions that must be fulfilled by the Participants. The Government's Social Service of Batu City has exercised its authority both from aspects communication, resources, disposition, and bureaucratic structure with PKH Assistants in the implementation to alleviate the PKH Participants' poverty. Therefore the implementation is being well because of the determined terms and conditions in education terms permanent school participants and in the health terms long term health insurance, so that social assistance through PKH cash can be received by the Participants through the BNI account of each PKM Participant. Furthermore, the PKH Assistants help the Participants to counseling provide to PKH Participants in skills possessed develop by the each Participant. Therefore, for the long term PKH implementation in poverty alleviation efforts will be able to be realized by the Government's Social Service of Batu Penelitian Surat Pendekatan PraktisSuharsimi ArikuntoArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum DevelopmentR L CurvinA N MindlerCurvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Karakter dalam KurikulumSri HaryatiHaryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. karakter membangun peradaban bangsaM HidayatullahFurqonMuhammad RohmadiHidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma karakter berbasis potensi diriYahya KhanKhan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth SettingsHoward KirschenbaumKirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues TerjemahanThomas LickonaLickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka CiptaNgalim PurwantoPurwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.

1Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus membuat komitmen. 2)Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru. 3)Adanya daftar nilai rapor 4)Kunjungan guru ke rumah siswa atau sebaliknya. 5)Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil kerja siswa. 6)Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru.

Begitu memasukkan si kecil ke sekolah, orangtua tak seharusnya langsung “lepas tangan” dan memasrahkan semua tanggung jawab pendidikan anak pada pihak sekolah. Jika terjadi hal-hal negatif, misalnya nilai anak kurang bagus atau terjadi perselisihan antarsiswa di sekolah, orangtua tak bisa serta-merta menuding guru atau pihak sekolah. Orangtua tetap harus ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya. Pertemuan orangtua dan guru Dalam satu tahun ajaran, interaksi antara guru dan orangtua acap kali hanya terjadi pada awal masuk tahun ajaran baru atau penerimaan rapor. Padahal, pertemuan antara orangtua dan guru untuk membahas permasalahan pendidikan anak seyogianya dilakukan lebih intens. Seminar Salah satunya, pihak sekolah mengadakan seminar yang ditujukan untuk orangtua murid. Tidak hanya memperkenalkan kurikulum baru, seminar ini juga dapat menjadi cara bagi sekolah untuk mengenalkan dunia sekolah pada orangtua. Orangtua pun bisa menyampaikan aspirasi atau masukan untuk sekolah melalui seminar ini. Kunjungan sekolah Kunjungan ke sekolah juga bisa lebih terbuka. Orangtua perlu mengenal lingkungan sekolah yang menjadi lokasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Kunjungan ke sekolah disertai dengan penjelasan dari pihak sekolah akan menumbuhkan rasa percaya orangtua pada sekolah. Proaktif Orangtua pun perlu lebih proaktif dalam mencari informasi mengenai hal-hal yang dialami anak di sekolah. Sesibuk apapun orangtua, sebaiknya luangkan waktu sekitar satu jam setiap hari untuk mendampingi anak dalam belajar atau mengerjakan PR dan mengobrol dengan anak. Tahan emosi Jika terdapat ketidaksetujuan dengan kebijakan sekolah, sebaiknya orangtua tidak lantas menumpahkan emosi. Namun, utarakan persoalan dengan cara yang tepat. Berbicaralah dengan sopan dengan pihak sekolah dan paparkan permasalahan dengan obyektif. Apabila terjadi masalah pada anak di sekolah, orangtua sebaiknya jangan terburu-buru menyalahkan guru. Carilah informasi pemicu persoalan yang sebenarnya. Hindari mencari kambing hitam. Duduk dan berembuglah bersama guru atau pihak sekolah lainnya. Bahaslah solusi bersama untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Grup chating Membuat grup antara para orangtua dengan wali kelas di media sosial atau aplikasi pesan seperti Line atau WhatsApp juga bisa dilakukan. Hal ini memungkinkan untuk kelas dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak. Melalui grup ini, perkembangan anak bisa dimonitor, baik oleh orangtua maupun guru. [*] Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Juli 2018
Relasiguru dan orang tua murid harus di bangun secara perlahan. Komunikasi atau relasi guru dan orang tua tidak mungkin begitu saja harmonis, dinamis, atau produktif. Harus seperti relasi pada umumnya. Yang namanya relasi harus ada waktu untuk berproses sehingga mencapai titik saling percaya.

Kerja sama orang tua dan guru – Ketika mendidik anak orang tua perlu memperhatikan banyak aspek. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, hingga lingkungan pertemanan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam lingkungan sekolah, Anda sebagai orang tua perlu membuat sinergi dengan pihak sekolah, khususnya dengan guru. Karena, dalam pendidikan orang tua dan guru adalah tonggak utama dalam membangun karakter anak. Orang tua dan guru perlu melakukan kerja sama yang kompak dan bersinergi agar dalam proses pendidikan anak dapat meraih hasil yang optimal. Pemahaman ini seharusnya menjadi dasar yang perlu diketahui oleh orang tua dan guru. Anda sebagai orang tua tidak bisa menyerahkan seluruh hal tentang pendidikan anak kepada guru. Karena itu menjadi kewajiban kedua belah pihak. Di tengah pandemi Covid-19 ini kegiatan belajar mengajar di sekolah terpaksa harus dihentikan. Kemudian, pemelajaran harus dialihkan dengan menggunakan metode daring. Untuk itu orang tua perlu memberi perhatian khusus pada anak ketika sedang belajar di rumah. Bentuk Kerja Sama Guru dan Orang Tua Pandemi membuat orang tua lebih terlibat dalam pendidikan anak. Bahkan keterlibatan orang tua begitu signifikan. Banyak diantara orang tua yang sangat kewalahan, terutama awal-awal anak belajar di rumah. Bayangkan saja, dulu mungkin orang tua menyerahkan hampir seluruhnya masalah pendidikan atau pelajaran di sekolah pada guru. Jika anak masih membutuhkan bantuan orang tua sering kali mencarikan guru les. Kondisi pandemi membuat mata semua orang terbuka, tentang pendidikan anak di sekolah, kemampuannya, kelebihannya, dan hal lain yang menjadi tantangan atau kendala untuk anak. Orang tua menjadi semakin melek bahwa kerja antara orang tua dan guru itu sangat penting. Sejatinya, pendidikan adalah proses kerja tim yang meliputi guru, orang-orang di sekitar anak, mulai dari teman, keluarga, dan tetangga rumah, dan tentu jelas orang tua. Guru adalah patner orang tua dalam mendidik anak. Oleh karena itu guru bukanlah aktor tunggal yang menentukan keberhasilan pendidikan anak. Jadi, jangan enggan untuk mencampuri proses pendidikan anak. Jangan menyerahkan semua pendidikan pada guru anak sepenuhnya. Orang tua harus memiliki andil yang imbang juga. Kerja Sama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kerja sama guru dan orang tua menjadi sangat penting untuk perkembangan pendidikan anak. Beberapa kerja sama yang dapat dilakukan orang tua dengan guru akan berdampak baik untuk tumbuh kembang anak dalam belajar. Menjadi contoh yang baik, karena anak-anak lebih meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, terutama para orang tua. Memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih efektif daripada sekadar memberikan nasehat. Lakukan komunikasi aktif dengan anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kosakata anak, menumbuhkan empati pada orang lain dan lingkungan, serta mengajari anak kritis dalam menghadapi berbagai persoalan. Tanyakan berbagai hal padanya, dengarkan pendapatnya. Anak yang aktif berkomunikasi dengan orang tuanya cenderung aktif dalam diskusi di kelas. Semangati anak untuk melakukan usaha yang terbaik. Serta beri pengertian pada anak untuk fokus pada prosesnya dalam belajar bukan pada hasil akhir. Karena proses itu yang akan membuat anak banyak belajar ketika membuat kesalahan. Berikan anak kesempatan untuk berbuat salah. Tidak mendapatkan nilai akademis sempurna bukanlah akhir dari segalanya. Biarkan anak dihukum karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau membawa tugas. Tidak masalah jika semester ini nilainya turun. Anak juga perlu belajar dari kesalahan dan menerima konsekuensinya. Anak tidak perlu selalu harus dibantu, karena anak yang selalu dibantu untuk tampil sempurna, biasanya tidak tahan banting. Dukung sekolah mematuhi tata tertib dan kebijakan sekolah, agar anak belajar menghargai dan disiplin. Jika anak mengalami hambatan di sekolah, bicarakan dengan wali kelasnya sesegera mungkin untuk mendapatkan jalan keluar dan tidak berlarut-larut. Hasil Kerja Sama Guru dan Orang Tua Kerja sama antara guru dan orang tua dalam pendidikan anak akan menghasilkan karakter anak yang berkualitas. Pemahaman mengenai keterlibatan guru dan orang tua dalam pendidikan anak akan membuat anak merasa nyaman ketika belajar. Anak akan merasakan bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua atau gurunya terhadapnya selaras. Hal tersebut akan menimbulkan kesadaran pada anak bahwa apa atau nilai-nilai yang sedang diajarkan adalah sama. Itu akan membentuk karakter anak yang makin kuat dan lekat. Sinergi antara orang tua dan guru akan menghasilkan pendidikan untuk anak yang berkualitas, anak juga akan nyaman dengan apa yang ia pelajari baik dengan gurunya atau orang tuanya. Manfaat Kerjasama Guru dengan Orang Tua Murid Sebagai orang tua, apakah Anda sudah pernah bertemu dengan guru anak Anda untuk membahas tentang pendidikannya? Mungkin beberapa sekolah sudah mengadakan pertemuan dengan orang tua murid, terutama untuk orang tua murid baru. Biasanya pada pertemuan tersebut pihak sekolah memperkenalkan para guru dan karyawan, serta menjelaskan berbagai kegiatan belajar mengajar, masalah administrasi, dan lain sebagainya. Sekolah sebagai mitra orang tua dalam mendidik anak, untuk itu perlu adanya sinergi dan kerja sama aktif antara guru dengan orang tua. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah merupakan kerja sama jangka panjang. Keterlibatan orang tua ada yang bersifat praktis dan ada pula yang bersifat konseptual. Keterlibatan yang bersifat praktis misalnya berkenalan dan menjalin komunikasi dengan para guru, minimal wali kelas anak. Menjalin komunikasi bukan hanya saat anak mendapat masalah atau saat menerima rapot, namun juga bisa bertegur sapa dan menanyakan perkembangan anak secara berkala. Selain itu, orang tua juga dapat terlibat aktif dalam kegiatan komite sekolah atau organisasi orang tua murid di sekolah. Ada banyak yang membutuhkan peran aktif orang tua, seperti kegiatan bazar maupun seminar. Sementara, keterlibatan orang tua dalam hal konseptual antara lain menyumbangkan ide untuk kemajuan sekolah, misalnya memberikan masukan mengenai syarat kantin sekolah, latihan evakuasi, dan lain sebagainya. Hal itu bertujuan bukan hanya untuk kemajuan sekolah, namun juga untuk kebaikan anak sendiri. Manfaat keterlibatan orang tua di sekolah anak antara lain dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar, karena mereka menyadari orang tuanya selalu ada untuk mereka. Anak juga merasa bangga melihat orang tuanya aktif di sekolah, pasti mereka anak merasa nyaman. Hal ini tentu berdampak positif bagi perkembangan berbagai kemampuan anak. Ini juga membantu guru dan memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kerja Sama antara Guru dan Siswa di Sekolah Di masa pandemi Covid-19 ini, pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran harus melalui sistem online. Pembelajaran jarak jauh ini menjadi konsep yang baru bagi dunia pendidikan. Dalam hal ini teretaksi guru dan siswa harus berjalan dengan baik. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Dibuktikan dengan beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hal tersebut membuat peran utama orang tua sebagai tempat pendidikan pertama di keluarga menjadi sangat signifikan. Orang tualah yang harus mendampingi putra-putrinya dalam proses pembelajaran jarak jauh PJJ. Apalagi, jika anak masih dalam jenjang SMP ke bawah, ini sangat membutuhkan pendampingan orang tua atau wali siswa ketika kegiatan pembelajaran jarak jauh PJJ sedang berlangsung. Kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Orang tua adalah sosok yang seharusnya paling mengenal kapan dan bagaimana anak belajar sebaik-baiknya. Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring, ketika masih dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, kegiatan belajar mengajar tetap bisa dilaksanakan walaupun tidak dengan tatap muka, karena memang mobilisasi masih dibatasi. Untuk itu perlu adanya adaptasi terhadap hal-hal baru ini, khususnya pembelajaran jarak jauh. Orang tua perlu memberi pengertian pada anak untuk mulai belajar menyesuaikan diri dengan pembelajaran jarak jauh ini. Supaya anak tetap bisa belajar dengan nyaman walaupun tidak bertemu langsung. Ketika orang tua atau wali sudah memberikan pengertian atau pemahaman pada anak, diharapkan anak bisa bekerja sama secara baik dengan guru ketika pembelajaran daring sedang berlangsung. Pendampingan oleh orang tua atau wali juga diperlukan untuk memastikan bahwa anak benar-benar nyaman dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran daring dengan baik. Kerja Sama Orang Tua dan Guru dalam Pembelajaran Daring Guru dan orang tua hakekatnya memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan anak. Yaitu, mendidik, membimbing, membina, serta memimpin anaknya menjadi orang dewasa serta dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mewujudkan harapan tersebut tentu harus ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua sangat penting karena kedua belah pihak inilah yang setiap hari berhadapan langsung dengan anak. Jika kerja sama antara guru dan orang tua kurang baik, maka pendidikan anak tidak akan berjalan dengan maksimal. Kerja sama antara kedua belah pihak ini mendorong siswa untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yaitu belajar dengan tekun serta bersungguh-sungguh. Pembelajaran Daring Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 telah melanda dunia ini. Virus yang melanda seluruh dunia yang menjadi kendala sebagian besar umat manusia, hal ini memberikan perubahan besar bagi seluruh kehidupan masyarakat dunia. Dampak yang dialami terasa sampai seluruh aspek di kehidupan, terlebih lagi di bidang ekonomi. Namun, di samping itu dampak yang sangat dirasakan dari pandemi Covid-19 ini adalah bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, pemerintah terpaksa membuat kebijakan untuk menutup sekolah dan mengalihkan seluruh kegiatan pembelajaran luring menjadi pembelajaran daring, atau sering disebut pembelajaran jarak jauh PJJ. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua murid dalam melaksanakan pembelajaran daring ini, di mana kedua belah pihak bisa saling memahami, mengenal, menghormati, serta saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Hal tersebut akan sulit dijalankan apabila kedua orang tua bekerja dan tidak bisa membimbing anaknya dalam mengikuti pembelajaran daring. Diperlukan kerja sama yang baik agar keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di rumah dapat berjalan dengan maksimal. Pelaksanaan pembelajaran dari rumah menggunakan metode dan media pembelajaran jarak jauh PJJ dalam jaringan daring dan luar jaringan luring. Media pembelajaran jauh secara luring dilakukan melalui program siaran televisi nasional, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, alat peraga dari benda dan lingkungan sekitarnya, serta bahan ajar cetak. Sedangkan media pembelajaran jarak jauh daring terdapat dua puluh tiga lama yang dianjurkan oleh Kemendikbud untuk diakses oleh peserta didik sebagai sumber belajar. Tujuan pelaksanaan belajar dari rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk darurat Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua. Dengan kondisi seperti saat ini tentu peran orang tua di rumah dalam hal pendidikan anak menjadi sangat krusial. Orang tua dituntut untuk mampu menjadi tenang pendidik di rumah atau minimal bisa menemani dan mengawasi anak ketika sedang melakukan pembelajaran jarak jauh serta mengerjakan tugas. Sekolah yang Memiliki Program Pengembangan dan Pendidikan Orang Tua Pengetahuan dasar orang tua tentang bagaimana mendidik anak kadang menjadi masalah utama yang bisa menjadi sebab pendidikan anak kurang optimal, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah. Hal ini menjadikan orang tua tidak paham akan peran dan tanggung jawab mendidik anak. Sementara itu program pendidikan orang tua akan pentingnya pola asuh dan mendidik anak masih sangat terbatas. Begitu pula dengan program sekolah yang mencoba mengajak dan melibatkan orang tua dalam melangsungkan proses pendidikan secara berkesinambungan untuk anak juga masih sangat minim. Meningkatkan pengetahuan dasar orang tua dalam mendidik anak menjadi program yang perlu dan terus dikembangkan. Sekolah dan keluarga semestinya berjalan harmonis untuk melakukan proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak. Sekolah dapat mengambil peran lebih yaitu dengan mengembangkan program pendidikan untuk orang tua. Program tersebut dapat menjadi komunikasi sinergis antara orang tua dan sekolah, terutama guru, dalam memantau tumbuh kembang anaknya. Selain itu program pendidikan untuk orang tua siswa ini juga bisa diisi dengan berbagai materi yang dapat memberikan wawasan orang tua tentang pendidikan anak. Program pendidikan orang tua siswa merupakan program yang diinisiasi oleh pihak sekolah, tujuannya adalah meningkatkan wawasan dan pengetahuan dasar orang tua tentang pendidikan anak. Namun seperti apa program yang telah dikembangkan perlu dikaji, dianalisa, dan didiskusikan lebih mendalam. Bagaimana kurikulumnya, strategi dan metode penyampaiannya, media dan bahan ajarnya, serta instruktur dan fasilitatornya. Dari permasalahan tersebut dan program pendidikan orang tua sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan serta pelibatan orang tua secara merata, perlu pemetaan dan kajian pengembangan program sekolah untuk orang tua siswa. Usaha ini akan bermanfaat bagi upaya strategis sekolah maupun pemerintah dalam meningkatkan pendidikan pada masyarakat. Baca juga Mengajarkan Pentingnya Pendidikan Sex untuk Anak Sedini Mungkin

SL4W.
  • qz4a5j5pui.pages.dev/408
  • qz4a5j5pui.pages.dev/161
  • qz4a5j5pui.pages.dev/295
  • qz4a5j5pui.pages.dev/52
  • qz4a5j5pui.pages.dev/230
  • qz4a5j5pui.pages.dev/667
  • qz4a5j5pui.pages.dev/565
  • qz4a5j5pui.pages.dev/448
  • qz4a5j5pui.pages.dev/656
  • qz4a5j5pui.pages.dev/940
  • qz4a5j5pui.pages.dev/814
  • qz4a5j5pui.pages.dev/547
  • qz4a5j5pui.pages.dev/681
  • qz4a5j5pui.pages.dev/183
  • qz4a5j5pui.pages.dev/180
  • pertemuan orang tua murid dan guru