melibatkanbeberapa komponen. Jerawat menyerang 85% populasi dunia yang berusia 11-30 tahun. Salah satu cara mengatasi jerawat adalah dengan menggunakan produk antiacne. Namun, kekeliruan pemilihan produk antiacne dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
NVMahasiswa/Alumni Universitas Indonesia11 Februari 2022 0721Hallo Yhona kakak bantu jawab ya Jawabannya adalah D. Antibiotik merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Penisilin dihasilkan oleh jamur ˜—˜¦˜¯˜ª˜¤˜ª˜­˜­˜ª˜¶˜ ˜¯˜°˜µ˜¢˜µ˜¶˜. Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh Alexander Fleming tahun 1928, dan kemudian dikembangkan oleh Harold Florey pada tahun 1938. Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944. Semoga membantu akses pembahasan gratismu habisDapatkan akses pembahasan sepuasnya tanpa batas dan bebas iklan!
Disisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi.
Pasien Cerdas, Bijak Gunakan AntibiotikDipublikasikan Pada Selasa, 19 April 2016 000000, Dibaca KaliJakarta, 19 April 2016,Antibiotika adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotika banyak beredar di masyarakat. Hanya saja, masih ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan antibiotika yang menjadi risiko terjadinya resistensi antibiotik, diantaranya peresepan antibiotik secara berlebihan oleh tenaga kesehatan; adanya anggapan yang salah di masyarakat bahwa antibiotik merupakan obat dari segala penyakit; dan lalai dalam menghabiskan atau menyelesaikan treatment pemberitaan yang mengemuka mengenai resistensi antibiotika, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, drg. Oscar Primadi, MPH, mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi tidak boleh membeli antibiotik sendiri tanpa ada resep dari dokter. Apabila sakit harus berobat di fasilitas pelayanan kesehatan. Antobiotik harus diminum sampai tuntas dan teratur sesuai anjuran dokter, tegas drg. Oscar di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa sore 19/4.Lebih lanjut dijelaskan oleh penanggung jawab resistensi antimikroba WHO Indonesia, dr. Dewi Indriani, resistensi antibiotik terjadi saat reaksi bakteri terhadap antibiotika tidak sebagaimana harusnya, sehingga antibiotika tidak ampuh mengkhawatirkan terjadinya era post antibiotic, dimana penyakit sederhanya yang sebenarnya bisa disembuhkan antibiotik malah jadi berbahaya, jelas dr. Dewi dalam kegiatan media briefing bertajuk One Heath Approach Strategi Kurangi Maraknya Bakteri Kebal Antibiotik yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, selasa pagi 19/4.Jika masalah resistensi antibiotika tidak segera ditangani, para pakar memperkirakan bahwa pada tahun 2050, lebih kurang 10 juta orang di dunia meninggal karena resistensi antibiotika mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih sulit diobati; butuhkan waktu perawatan yang lebih lama; dan membawa risiko kematian yang lebih besar, tambah dr. itu, anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba KPRA yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr Kuntaman, MS., mengatakan bahwa masyarakat harus memahami, demam memang tanda adanya infeksi di dalam tubuh. Namun, tidak semua infeksi disebabkan oleh bakteri, sehingga tidak semua infeksi membutuhkan pasien patah tulang karena kecelakaan, demam panas badannya., terapinya analgesik dan antipirektik, bukan antibiotik. Contoh lain, bakteri E-coli di tubuh kita dalam jumlah tertentu bermanfaat, namun bila jumlahnya terlalu banyak menyebabkan diare. Jika benar karena itu, boleh gunakan antibiotik, meskipun sebenarnya diare ada yang butuh antibiotik ada juga yang tidak, tutur Prof. banyak diketahui bahwa sebenarnya sifat resisten pada bakteri awalnya tidak merugikan, justru merupakan penyeimbang kehidupan. Namun, perilaku penggunaan antibiotika secara berlebihan mengakibatkan sifat resisten yang semula menguntungkan manusia justru berbalik menjadi atau bakteri baik yang ada di dalam tubuh kita, berfungsi sebagai vaksin alami. Namun, resistensi antibiotika menyebabkan proteksi tubuh melemah, sehingga bakteri yang seharusnya menjadi sahabat justru menjadi sumber penyakit. Ini dinamakan infeksi opportunistic, terang Prof. kegiatan tersbeut, Prof. Kuntaman menyatakan bahwa dibutuhkan perubahan mindset masyarakat dan tenaga kesehatan agar tidak sembarangan gunakan antibiotika. Selain itu, dikemukakan bahwa hasil berbagai riset terkait resistensi antimikroba yang tengah dilakukan menjadi dasar bagi KPRA untuk mengajukan pedoman kepada pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan penggunaan antibiotika secara bijak serta membuat peraturan terkait pembatasan penggunaaan antibiotika di tersebut antara lain mencakup pelarangan apotek untuk menjual antibiotika tanpa resep dan membatasi masyarakat untuk menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter, tandas Prof. antibiotika menjadi fokus dunia, berkaitan dengan hal tersebut, tiga hari yang lalu 16/3, para Menteri Kesehatan yang berasal dari 12 negara Asia Pasifik dalam pertemuan Tokyo Meeting of Health Ministers on Antimicrobial Resistance in Asia, bersepakat untuk pengendalian Resistensi Antibiotika atau Anti Microbial Resistance AMR secara terpadu dan kolaboratif. Masalah resistensi antibiotika ini berkembang menjadi ancaman serius terhadap keamanan global, ketahanan pangan, serta tantangan pembangunan berkelanjutan dengan dampak yang signifikan terhadap stabilitas hanya mengancam manusia, resistensi antibiotika juga mengancam hewan dan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan one health yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian termasuk peternakan dan kesehatan hewan, serta ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline kode lokal 1500-567,SMS 081281562620, faksimili 021 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan untuk dapat melangsungkan kegiatan perusahaannya. Menurut Bahagia,(2006) menjelaskan bahwa persediaan dalam kegiatan usaha tidak dapat dihindari, salah satu penyebab utamanya adalah barang-barang

ArticlePDF Available AbstractLatar belakang Penggunaan antibiotika sebagai terapi dasar dalam penyakit infeksi harus dilakukan secara bijak dan rasional. Penggunaan antibiotika yang rasional adalah penggunaan antibiotika yang tepat dalam hal diagnosis, indikasi penyakit, pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian, interval waktu pemberian, lama pemberian, penilaian kondisi pasien, serta waspada terhadap efek samping. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan biaya pengobatan, risiko terjadinya efek samping obat, dan juga resistensi antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta. Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif, datanya diambil dari 60 rekam medis yang memuat pemberian resep antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta periode Juni-Juli 2019. Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan kriteria Gyssens dkk. Hasil Penggunaan antibiotika pada penelitian ini yang rasional sebesar 68,3%, sedangkan yang tidak rasional terdiri dari 15% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih aman, 10% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang lebih efektif dan 6,7% disebabkan oleh penggunaan antibiotika tanpa indikasi. Kesimpulan Penggunaan antibiotika yang rasional pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta sebesar 68,3%. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Ilmiah dan TeknologiKedokteran GigiFKG UPDM BISSN 1693-3079eISSN 2621-8356RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN POLI GIGI SALAH SATU RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DI JAKARTAPinka Taher*, Poetry Oktanauli*, Siti Riskia Anggraini***Departemen Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, Jakarta**Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, JakartaKorespondensi Pinka Taher, belakang penggunaan antibiotika sebagai terapi dasar dalam penyakit infeksi harus dilakukan secara bijak dan rasional. Penggunaan antibiotika yang rasional adalah penggunaan antibiotika yang tepat dalam hal diagnosis, indikasi penyakit, pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian, interval waktu pemberian, lama pemberian, penilaian kondisi pasien, serta waspada terhadap efek samping. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan biaya pengobatan, risiko terjadinya efek samping obat, dan juga resistensi antibiotika. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif, datanya diambil dari 60 rekam medis yang memuat pemberian resep antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta periode Juni-Juli 2019. Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan kriteria Gyssens dkk. Hasil penggunaan antibiotika pada penelitian ini yang rasional sebesar 68,3%, sedangkan yang tidak rasional terdiri dari 15% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih aman, 10% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang lebih efektif dan 6,7% disebabkan oleh penggunaan antibiotika tanpa indikasi. Kesimpulan penggunaan antibiotika yang rasional pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta sebesar 68,3%.Kata kunci antibiotika, rasional, Gyssens ABSTRACTBackground The use of antibiotics as a basic therapy in infectious diseases must be done wisely and rationally. The rational use of antibiotics is the correct use of antibiotics in terms of diagnosis, disease indication, drug selection, drug dosage, method of administration, time interval of administration, duration of administration, assessment of the patient’s condition, and awareness of side eects. The irrational use of antibiotics will lead to increased medical costs, the risk of drug side eects, and also antibiotic resistance. Purpose This study aims to determine the rationality of antibiotics usage in the dental clinic’s patients of a teaching hospital in Jakarta. Method This study was a retrospective descriptive observational, in which data were taken from 60 medical records containing prescription of antibiotics for patients in the dental clinic of a teaching hospital in Jakarta for the period June-July 2019. The data obtained were then analyzed using Gyssens et all criteria. Results In this study, the rational use of antibiotics was while the irrational use of antibiotics consisted of 15% due to the presence of other antibiotics that were less toxic or safer, 10% due to the presence of other antibiotics that were more eective and caused by the use of antibiotics without indication. Conclusion The rationality of antibiotics usage in dental clinic’s patients of a teaching hospital in Jakarta is antibiotics, rational, Gyssens PENDAHULUANAntibiotika merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jaringan keras maupun jaringan lunak dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotika haruslah dilakukan secara cermat dan rasional. Hal ini disebabkan penggunaan obat yang tidak cermat JITEKGI 2020, 16 2 51-56diterbitkan di Jakarta 52 Pinka Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDMBNovember 2020dan rasional dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi pasien dan masyarakat, antara lain peningkatan biaya pengobatan, risiko terjadinya efak samping bahkan toksisitas obat, dan juga terjadinya resistensi Penggunaan antibiotika yang rasional harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain 1 berdasarkan diagnosis yang tepat, 2 sesuai indikasi penggunaan obat, 3 tepat dalam pemilihan obat, dosis obat, pemilihan rute pemberian obat, penentuan interval waktu dan lama pemberian obat, 4 berdasarkan penilaian kondisi pasien secara individual, dan 5 waspada terhadap risiko terjadinya efek samping Penggunaan antibiotika tidak rasional yang sering terjadi adalah penggunaan antibiotika untuk penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika, penggunaan hanya satu golongan antibiotika untuk infeksi polimikrobial yang disebabkan oleh kuman aerob dan anaerob, pemberian dosis yang tidak adekuat dan penggunaan antibiotika yang tidak memperhatikan kondisi pasien sehingga meningkatkan risiko toksisitas penelitian yang dilakukan di negara maju dan berkembang menunjukkan bahwa lebih dari separuh penggunaan antibiotika di dunia dilakukan secara tidak rasional. The Center for Disease Control and Prevention di Amerika menyebutkan bahwa ditemukan 50 juta pemberian resep antibiotika yang tidak rasional dari 150 juta pemberian resep antibiotika setiap Demikian juga dengan penggunaan antibiotika di Indonesia, pemberian resep antibiotika yang tidak rasional ditemukan di banyak rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. Sekitar 40-62% antibiotika di Indonesia digunakan secara tidak rasional untuk kasus-kasus yang seharusnya tidak memerlukan antibiotika. Penilaian penggunaan antibiotika secara rasional di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Karyadi Semarang yang mewakili rumah sakit pendidikan di Indonesia, menunjukkan bahwa 30-80% penggunaan antibiotika tidak didasarkan pada indikasi yang penjelasan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di PENELITIANPenelitian observasional deskriptif ini di-lakukan secara retrospektif terhadap data rekam medis yang memuat pemberian resep antibiotika untuk pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling, sehingga didapatkan sampel sebanyak jumlah keseluruhan pasien yang menerima resep antibiotika periode Juni-Juli 2019. Total sampel yang diperoleh adalah 60 rekam medis, dihitung berdasarkan rumus Data sekunder yang berhasil dihimpun memuat anamnesis pasien, demogra umur, jenis kelamin, diagnosis penyakit, nama antibiotika, frekuensi, durasi dan rute atau cara pemberian antibiotika. Selanjutnya data ini dianalisis menggunakan kriteria Gyssens dkk. Kriteria Gyssens dkk merupakan suatu metode untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika yang telah digunakan secara luas di berbagai Penilaian rasionalitas penggunaan antibiotika meng-gunakan kriteria atau klasikasi Gyssens dkk terbagi dalam kategori, sebagai berikut6, 0 = penggunaan antibiotika tepat atau rasionalKategori I = penggunaan antibiotika tidak tepat waktu Kategori IIA = penggunaan antibiotika tidak tepat dosisKategori IIB = penggunaan antibiotika tidak tepat intervalKategori IIC = penggunaan antibiotika tidak tepat cara atau rute pemberianKategori IIIA = penggunaan antibiotika terlalu lamaKategori IIIB = penggunaan antibiotika terlalu singkat Kategori IVA = ada antibiotika lain yang lebih efektifKategori IVB = ada antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih amanKategori IVC = ada antibiotika lain yang lebih murah Kategori IVD = ada antibiotika lain yang lebih spesik Kategori V = penggunaan antibiotika tanpa indikasiKategori VI = rekam medis tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasiAlur penilaian rasionalitas penggunaan antibiotika berdasarkan kriteria Gyssens dkk dapat dilihat pada gambar Pinka 53Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDMBNovember 2020Penilaian rasionalitas penggunaan antibiotika menurut Gyssens dkk dimulai dari kotak paling atas, yaitu melihat lengkap tidaknya data untuk melanjutkan penilaian. Bila data tidak lengkap, penilaian berhenti di kategori VI. Data tidak lengkap adalah data rekam medis tanpa disertai diagnosis penyakit, atau ada halaman rekam medis yang hilang sehingga tidak dapat dievaluasi. Bila data lengkap, dilanjutkan dengan penilaian ada tidaknya indikasi pemberian antibiotika. Bila tidak ada indikasi pemberian antibiotika, penilaian berhenti di kategori V. Bila antibiotika memang merupakan indikasi, dilanjutkan dengan penilaian ketepatan pemilihan antibiotika. Bila ada pilihan Gambar 1. Alur Penilaian Kualitatif Penggunaan Antibiotika menurut Gyssens dkk9antibiotika lain yang lebih efektif, penilaian berhenti di kategori IVa. Bila tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif, dilanjutkan dengan penilaian ada tidaknya alternatif antibiotika lain yang kurang toksik. Bila ada pilihan antibiotika lain yang kurang toksik, penilaian berhenti di kategori IVb. Bila tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik, dilanjutkan dengan penilaian ada tidaknya alternatif antibiotika lain yang lebih murah. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah, penilaian berhenti di kategori IVc. Penilaian ini berpatokan pada daftar harga obat yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan semua antibiotika dihitung harganya sebagai obat generik. 54 Pinka Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDMBNovember 2020Bila tidak ada antibiotika lain yang lebih murah, dilanjutkan dengan penilaian ada tidaknya alternatif antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit. Bila ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit, penilaian berhenti di kategori IVd. Jika tidak ada antibiotika lain yang memiliki spektrum antimikroba lebih sempit, dilanjutkan dengan penilaian durasi pemberian antibiotika. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu lama, penilaian berhenti di kategori IIIa. Bila durasi pemberian antibiotika tidak terlalu lama, dilanjutkan dengan penilaian durasi pemberian antibiotika tidak terlalu singkat. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, penilaian berhenti di kategori IIIb. Bila durasi pemberian antibiotika tidak terlalu singkat, diteruskan dengan penilaian ketepatan pemberian dosis antibiotika. Bila dosis pemberian antibiotika tidak tepat, penilaian berhenti di kategori IIa. Bila dosisnya sudah tepat, dilanjutkan dengan penilaian ketepatan interval pemberian antibiotika. Bila interval pemberian antibiotika tidak tepat, penilaian berhenti di kategori IIb. Bila intervalnya sudah tepat, dilanjutkan dengan penilaian ketepatan rute pemberian antibiotika. Bila rute pemberian antibiotika tidak tepat, penilaian berhenti di kategori IIc. Bila rute sudah tepat, dilanjutkan ke kotak berikutnya. Bila antibiotika tidak termasuk kategori I sampai dengan VI maka antibiotika tersebut merupakan kategori PENELITIANGolongan antibiotika yang terdapat dalam 60 rekam medis ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa golongan antibiotika yang paling banyak digunakan pada penelitian ini adalah penisilin yaitu 68,3%, diikuti dengan golongan linkosamid 30%. Tabel 1. Golongan AntibiotikaGolongan Antibiotika Frekuensi Persentase %Penisilin 41 68,3%Linkosamid 18 30%Sefalosporin 1 1,7%Berbagai kategori kriteria Gyssens dkk dari tiap golongan antibiotika berdasarkan diagnosis penyakit dapat dilihat pada tabel 2. Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Diagnosis Penyakit Menurut Kriteria Gyssens dkkDiagnosis-Terapi Antibiotika FrekuensiKategori0I VA IVB VGangren pulpa, +pulpa polip, +abses - Trepanasi/ Exo/PSA/medisasiPenisilin 20 20 0 0 0Linkosamid 2 0 0 2 0Sefalosporin 1 0 1 0 0Gangren radiks - ExoPenisilin 5 5 0 0 0Linkosamid 1 0 0 1 0Abses – Insisi/medisasiPenisilin 4 4 0 0 0Linkosamid 2 2 0 0 0Perikoronitis - OperkulektomiPenisilin 1 1 0 0 0Linkosamid 2 0 0 2 0Periodontitis – Scaling + root planing / medisasiPenisilin 1 0 1 0 0Linkosamid 4 0 4 0 0Pulpitis kronis - ExoPenisilin 4 4 0 0 0Linkosamid 4 0 0 4 0Hiperemi pulpa – Filling Penisilin 2 0 0 0 2Gingivitis – Scaling Penisilin 2 0 0 0 2Impaksi – OdontektomiPenisilin 2 2 0 0 0Linkosamid 3 3 0 0 0 Pinka 55Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDMBNovember 2020Tabel 3 memuat kategori kriteria Gyssens dkk dari tiap golongan antibiotika yang digunakan pada penelitian ini. Pada tabel ini dapat dilihat bahwa golongan penisilin yang paling banyak digunakan secara rasional yaitu 36 dari 41 kasus 88%, sedangkan golongan linkosamid sebanyak 5 dari 18 kasus 28% dan golongan sefalosporin tidak ada yang memenuhi kategori 3. Kategori Kriteria Gyssens dkk dari Tiap Golongan AntibiotikaGolongan AntibiotikaKriteria Gyssens dkkTotal0I VA IVB VPenisilin 36 1 0 4 41Lincosamide 5 4 9 0 18Sefalosporin 0 1 0 0 1Kategori kriteria Gyssens dkk dari seluruh penggunaan antibiotika pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 dan menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika kategori 0 penggunaan antibiotika tepat atau rasional sebanyak 68,3%, kategori IVA ada antibiotika lain yang lebih efektif sebanyak 10%, kategori IVB ada antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih aman sebanyak 15%, dan kategori V penggunaan antibiotika tanpa indikasi sebanyak 6,7%. Tabel 4. Kategori Kriteria Gyssens dkkKriteria Gyssens dkk Frekuensi Persentase%Kategori 0 41 68,3%Kategori IVA 6 10%Kategori IVB 9 15%Kategori V 4 6,7%PEMBAHASANPenggunaan antibiotika di poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta pada penelitian ini yang rasional sebesar 68,3%, dengan 88% antibiotika yang rasional adalah penisilin. Penggunaan antibiotika yang rasional adalah penggunaan antibiotika yang memenuhi beberapa kriteria, antara lain hanya diberikan untuk pasien dengan gejala Penisilin pada penelitian ini hanya diberikan untuk kasus-kasus infeksi gigi yaitu gangren pulpa, gangren radiks, perikoronitis dan gigi impaksi, sehingga memenuhi kriteria penggunaan yang rasional. Kriteria berikutnya yaitu tepat pemilihan obat, pemberian antibiotika pada kasus infeksi harus mempertimbangkan faktor jenis mikroorganisme penyebab infeksi dan kepekaan mikroorganisme tersebut terhadap antibiotika yang Infeksi odontogenik merupakan infeksi polimikrobial yang disebabkan oleh banyak spesies bakteri berbeda, baik gram positif maupun gram Golongan penisilin yang diberikan di penelitian ini adalah amoksilin. Amoksilin memiliki spektrum antimikroba luas broad spectrum yang aktif terhadap bakteri gram positif dan Jadi pemberian amoksilin pada penelitian ini adalah rasional. Kriteria berikutnya adalah tepat dosis, interval dan lama pemberian, karena pemberian dosis obat yang berlebihan dapat berisiko menimbulkan efek samping, begitupun sebaliknya pemberian dosis obat yang terlalu kecil dapat menyebabkan tidak tercapainya efek terapi yang Pada penelitian ini amoksilin digunakan dengan dosis 250-500 mg 3 kali sehari selama 3-5 hari. Hal ini sudah sesuai dengan dosis lazim Kriteria berikutnya adalah tepat cara pemberian obat, beberapa antibiotika tidak dapat diberikan secara oral karena dirusak oleh asam lambung. Pada penelitian ini amoksilin merupakan antibiotika yang tepat diberikan secara oral, karena proses absorpsinya sangat baik bahkan dapat diberikan bersama-sama dengan Kriteria berikutnya adalah tepat penilaian kondisi pasien, yaitu pemberian obat harus sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan riwayat sistemik atau keluarga pasien. Pasien-pasien yang memiliki penyakit sistemik seperti diabetes melitus, gangguan sistem kekebalan tubuh seperti HIV, atau pasien yang mendapat terapi imunosupresan harus diberikan antibiotika yang memiliki aktivitas bakterisid. Amoksilin merupakan antibiotika yang memiliki aktivitas bakterisid sehingga dapat diberikan pada pasien-pasien dengan kondisi Kriteria berikutnya adalah waspada terhadap efek samping, dalam hal ini toksisitas golongan penisilin relatif rendah, kecuali untuk reaksi alergi. Insidensi reaksi alergi penisilin hanya 1-5%, sekalipun penisilin sendiri merupakan salah satu golongan antibiotika yang paling Penelitian juga menunjukkan bahwa 10% penggunaan antibiotika di poli gigi rumah sakit pendidikan ini termasuk dalam Kriteria Gyssens dkk kategori IVA, yang berarti penggunaan antibiotika tidak rasional karena adanya antibiotika lain yang lebih efektif. Sebagian besar kategori IVA ini berasal dari penggunaan antibiotika golongan linkosamid, yaitu klindamisin pada kasus periodontitis dan ter dapat satu penggunaan antibiotika golongan sefalosporin, yaitu cefadroxil pada kasus pencabutan. Pada kasus periodontitis, obat antibiotika yang efektif diguna-kan adalah antibiotika golongan tetrasiklin seperti Hal ini disebabkan mekanisme kerja tetrasiklin yang dapat menghambat sintesis dan pelepasan kolagenase sebagai antikolagenase dari leukosit polimorfonuklear PMNs. Enzim kolagenase ini merusak dan memecah kolagen yang ada pada jaringan periodontal gingiva, tulang, ligamen periodontal. Doksisiklin mempunyai aktivitas 56 Pinka Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDMBNovember 2020antikolagenase terbesar. Doksisiklin 20 mg diguna kan dalam penata laksanaan periodontitis kronis generalis, disertai tindakan skeling dan root planing untuk men-dapat kan perlekatan pada jaringan periodonsium dan mengurangi kedalaman Penggunaan klindamisin pada kasus periodontitis di penelitian ini tidak rasional, walaupun klindamsin merupakan antibiotika spektrum sempit yang efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan anaerob, namun tidak memiliki aktivitas antikolagenase seperti doksisiklin. Penggunaan sefalosporin pada kasus pencabutan gigi di penelitian ini tidak rasional, disebabkan sefalosporin bukan merupakan obat pilihan utama untuk infeksi gigi karena kemampuan permeabilitas yang kurang terhadap bakteri penyebab infeksi gigi. Selain itu, spektrum sefalosporin yang luas tidak membuatnya lebih unggul dibandingkan efektivitas penisilin V untuk bakteri patogen odontogenik ini juga mendapati 15% penggunaan antibiotika termasuk dalam kriteria Gyssens dkk kategori IVB, yang berarti penggunaan antibiotika tidak rasional karena ada antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih aman. Salah satu alasan penggunaan golongan penisilin sebagai pilihan antibiotika lini pertama adalah aman dari efek samping, kecuali reaksi Pada penelitian ini sebagian besar kategori IVB berasal dari pemberian resep klindamisin yang masih digunakan sebagai antibiotika lini pertama pada kasus pencabutan ringan. Salah satu faktor yang membatasi penggunaan klindamisin adalah banyaknya efek samping yang dapat disebabkan oleh obat ini, antara lain mual, muntah, diare, nyeri perut, ruam pada kulit, kolitis pseudomembranosis, Stevens Johnson Syndrome, granulositopenia konsentrasi sel darah putih yang rendah dan ini juga menunjukkan sebanyak 6,7% penggunaan antibiotika termasuk dalam kriteria Gyssens dkk kategori V, yang berarti penggunaan antibiotika tidak rasional karena penggunaan antibiotika tidak diperlukan atau tidak sesuai dengan indikasi penyakit. Terdapat empat kasus yang tidak memerlukan pemberian antibiotika, namun menerima pemberian resep antibiotika. Keempat kasus tersebut adalah dua kasus hiperemi pulpa dan dua kasus gingivitis. Gingivitis memang disebabkan oleh infeksi bakteri, namun belum ada literatur yang mendukung penggunaan antibiotika sistemik pada gingivitis. Hal ini disebabkan infeksi tersebut umumnya terlokalisir pada permukaan gingiva yang kedalamannya dangkal sehingga mudah dirawat serta bersifat DAN SARANPenggunaan antibiotika di poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta yang rasional adalah sebesar 68,3%. Sedangkan penggunaan antibiotika yang tidak rasional disebabkan oleh adanya pilihan antibiotika lain yang lebih aman sebesar 15%, pilihan antibiotika lain yang lebih efektif sebesar 10% dan penggunaan antibiotika tanpa indikasi sebesar 6,7%. DAFTAR PUSTAKA1. Suardi HN. Antibiotika dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dent J. 2014; 6 2 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Center for Disease Control and Prevention. Antibiotic Resistence Threats in The United States. United States Department of Health and Human Services. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. 2010 Sitompul F, Radji M, Bahtiar A. Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Metode Gyssens pada Pasien Stroke Rawat Inap di RSUD Koja secara Retrospektif. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016; 6 1 Feb Sumiwi SA. Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2014; 3 4 Indriani L dan Zunnita O. Penilaian Terhadap Rasioanalitas Penggunaan Antibiotika Pada Balita Penderita Pneumonia Puskesmas Bogor Utara. Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi. 2018; 8 2 Desember Faizah AK dan Putra ON. Evaluasi Kualitatif Terapi Antibiotik pada Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Pendidikan Surabaya Indonesia. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 2019; 62 Agustus 129-13310. Patminingsih N, Laksmitawati DR, Ramadaniati HU. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Sepsis Neonatal Dengan Metoda Gyssens di RSAD Salak Bogor Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Indonesia. 2020; 5 7 Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed. Toronto Mc Graw Hill Medical. 2012 Brunton LL, Dandan RH, Knollmann BC. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics 13th ed. Toronto Mc Graw Hill Education. 2018 962-965, 1023-37, Dowd FJ, Johnson BS, Mariotti AJ. Pharmacology And Therapeutics For Dentistry 7th ed. Missouri Elsevier. 2017 Troeltzsch M. A Review of Pathogenesis, Diagnosis, Treatment Options, and Dierential Diagnosis of Odontogenic Infections A Rather Mundane Pathology. Quentessence International General Dentistry. 2015; 46 351-361. 15. Weinberg M, Froum SJ. Buku Panduan Kedokteran Gigi Obat dan Pemberian resep The Dentist’s Drug and Prescription Guide. Lilian J penerjemah, Melanie S penyunting, penerjemah. Jakarta EGC. 2018 58-79, 160-185, 279. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this antibiotik yang tidak rasional dapat meningkatkan angka resistensi antibiotik, morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan. Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif pada pasien pneumonia di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini dilakukan secara kohort prospektif pada pasien pneumonia yang menjalani rawat inap di RSUD dr. Soetomo selama 4 bulan dan dievaluasi denga metode Gyssens. Data diambil dari rekam medik pasien berupa nomer rekam medik, nama pasien, usia, berat badan, diagnosis, data klinik, data laboratorium, terapi, dosis, rute pemberian dan interval terapi. Dari hasil penelitian diperoleh 47 pasien pneumonia, termasuk pneumonia komunitas, pneumonia nosokomial dan bronkopneumonia. Pasien berusia mulai dari 0-24 bulan 21%; 2-12 tahun 4%; 13-59 tahun 49% dan >59 tahun 26%. Lima besar antibiotik yang digunakan adalah seftazidim 20%, levofloksasin 18% dan seftriakson 14%. Dalam peneitian ini menunjukkan 3 pasien 6% kategori IVA alternatif lebih efektif; 3 6% pasien kategori IIIA pemerian terlalu lama dan 1 pasien 2% kategori IIA dosis tidak tepat. Apoteker berperan dalam evaluasi antiiotika untuk meningkatkan kualitas hidup is a major cause of mortality and morbidity worldwide . Patients with stroke are susceptible to medical complications, especially infections. This study aim to evaluate antibiotic by stroke in patients hospitalized in RSUD Koja KJS and BPJS period with Gyssens methods . The study design i s a retrospective cross-sectional . The sample is consisted of 112 medical records from KJS period July 2013-December 2013 and 74 medical records from BPJS period January 2014-June 2014 taken by total sampling . The use of antibiotic were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. The percentage of antibiotic use was 23,11%, mostly were ceftriaxon 33,3%, ceftizozim 7,6% and amoxicillin – clavulanic acid 7,6%. Length of stay more than 7 days was 77,96% . The most common route of antibiotic administration was parenteral 68,67% . Patients that were given antibiotics were,among others,diagnosal by bronchopneumonia 29,33% , pulmonary tuberculosis and 17,6% and urinary tract infection 8,7% . The clinical outcome showed that 69,3% of 186 patients were recovered after antibiotic were given to treat their infections . Gyssen evaluation method showed that rational antibiotic used on KJS period was 77,4% and BPJS periods was 81,3%. There were correlations between rational use at antibiotic and the route of administration, between clinical outcome anduse at diagnosis and route of administration. The conclusion of this study according to Gyssen method is the rational antibiotic influence the clinical outcome p alpha Hal ini menunjukkan H0 diterima atau tidak adanya hubungan rasionalitas dengan lama hari sembuh. Penggunaan rasional atau tidaknya tidak ada hubungannya dengan seorang pasien lebih cepat atau lebih lama dalam penyembuhan. Kata kunci Penggunaan antibiotika; sepsis neonatal; metoda GyssensLusi IndrianiOktaviana ZunnitaPneumonia adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit infeksi menular ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita di dunia. Pengobatan pneumonia dengan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan menilai rasionalitas penggunaan antibiotika pada balita penderita pneumonia di Puskesmas Bogor Utara periode Januari-Desember tahun 2016. Penilaian dilakukan berdasarkan metode Gyssens dengan melihat ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan jangka waktu penggunaan, dan ketepatan dosis antibiotika. Hasil penilaian rasionalitas dengan metode Gyssens pada kategori V tidak rasional karena tidak ada indikasi penggunaan antibiotika adalah 0%, kategori IVa tidak rasional karena ada antibiotika lain yang lebih efektif adalah 0%, kategori IVd tidak rasional karena ada antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit 0%, kategori IIIa tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu lama 0%, kategori IIIb tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu singkat 9,6%, katogeri IIa tidak rasional karena dosis tidak tepat sebanyak 43,8%, serta kategori 0 penggunaan antibiotika tepat/rasional sebanyak 46,6%. Dari semua kategori yang dinilai dapat disimpulkan bahwa di Puskesmas Bogor Utara, pemilihan antibiotika untuk pneumonia sudah rasional kecuali untuk kategori dosis dan lama atau jangka waktu pemberian yang tidak tepat/ dalam Dunia Kedokteran GigiH N SuardiSuardi HN. Antibiotika dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dent J. 2014; 6 2 Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di BandungS A SumiwiSumiwi SA. Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2014; 3 4 G KatzungS B MastersA J TrevorKatzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology 12 th ed. Toronto Mc Graw Hill Medical. 2012 & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics 13 th ed. Toronto Mc Graw Hill EducationL L BruntonR H DandanB C KnollmannBrunton LL, Dandan RH, Knollmann BC. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics 13 th ed. Toronto Mc Graw Hill Education. 2018 962-965, 1023-37, dan Pemberian resep The Dentist's Drug and Prescription Guide. Lilian J penerjemah, Melanie S penyunting, penerjemahM WeinbergS J FroumGigi Buku Panduan KedokteranWeinberg M, Froum SJ. Buku Panduan Kedokteran Gigi Obat dan Pemberian resep The Dentist's Drug and Prescription Guide. Lilian J penerjemah, Melanie S penyunting, penerjemah. Jakarta EGC. 2018 58-79, 160-185, 279.

Daunmengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang digunakan sebagai antibiotik.Daun mengkudu memiliki kandungan antraquinon, asam amino, glikosida, senyawa fenolik, dan asam ursulat. Zat-zat ini merupakan suatu zat aktif yang bersifat antimikrobia, antibakteri dan anti inflamasi.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Antibiotik dan Resistensi Antibiotik i ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK Dr. apt. Muntasir. Dr. apt. Widy Susanti Abdulkadir, apt. Andi Ifriany Harun, Priska Ernestina Tenda Makkasau., apt. Muliyadi, apt. Reni Yustiati Saksosno, apt. Stefany Fernandez, Theresia Maria Wonga. Apt. PENERBIT ii Antibiotik dan Resistensi Antibiotik ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK Ukuran unesco 15,5 x 23 cm Halaman vi +202 Isbn 978-623-98733-6-3 Cetakan Pertama, Desember 2021 Penulis Dr. apt. Muntasir. Dr. apt. Widy Susanti Abdulkadir, apt. Andi Ifriany Harun, Priska Ernestina Tenda Makkasau., apt. Muliyadi, apt. Reni Yustiati Saksosno, apt. Stefany Fernandez, Theresia Maria Wonga. Apt. Editor Risnawati Layout & DesainCover Tim creative Rizmedia PenerbitRizmedia Pustaka Indonesia Jl. Batara Ugi/Griya Astra Blok C. Yogyakarta/Makassar Telp/Wa085242065812 Emailrizmediapustaka Hak Cipta2021Rizmedia Pustaka Indonesia Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan buku yang berjudul MENGENAL ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK Penulisan Buku ini dilakukan secara berkolaborasi yang ditulis selama 3 Bulan lebih sejak Oktober sampai Desember 2021 yang ditulis oleh beberapa penulis dari berbagai Institusi atau Instansi yang menuangkan tulisannya sesuai latar belakang kelimuan masing- masing penulis. Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan untuk pasien namun sering terjadi penggunaan yang tidak tepat dan berakibat terjadinya resistensi terhadap kuman. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik yang tepat. Permasalahan resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Penyebab utama resistensi antibiotic adalah penggunaannya yang meluas dan irasional. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik yang benar serta tepat menjadi faktor pemicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi terhadap antibiotik menjadi masalah global untuk diperhatikan saat ini oleh karenanya kami dari TIM FARMASI membuat Buku dan besar harapan kami buku ini bisa menjadi Referensi bacaan bagi masyarakat luas dan Buku Pegangan bagi Mahasiwa Kesehatan dan para peneliti Buku Ini Membahas Tentang 1. Konsep Dasar Antibiotik iv Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 2. Daya Kerja Antibiotik 3. Kapan Antibiotik dikatakan resistensi 4. Penyebab resistensi Antibiotik 5. Prinsip-Prinsip Farmakokinetik dan Farmakodinamik pemilihan masing-masing Antibiotik sebagai terapi 6. Mekanisme resistensi antibiotik terhadap bakteri gram negatif dan gram positif 7. Resistensi Antibiotik Golongan Sulfonamida, Trimetoprim, Beta Laktam, Glikopeptida, Aminoglikosida, Kuinolon Dan Terapi Tbc 8. Trend dan Isu dalam penggunaan Antibiotik 9. Peran Profesi Apoteker dalam edukasi penggunaan Obat Antibiotik Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku ini dari awal sampai akhir. Semoga allah swt senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Tim Penulis Antibiotik dan Resistensi Antibiotik v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ iii DAFTAR ISI .......................................................................................... v BAB 1 KONSEP DASAR ANTIBIOTIK Dr. apt. Muntasir. .......................................................................... 7 BAB 2 DAYA KERJA ANTIBIOTIK Dr. apt. Widy Susanti Abdulkadir, ......................................... 31 BAB 3 KAPAN ANTIBIOTIK DIKATAKAN RESISTENSI apt. Andi Ifriany Harun, .............................................................. 50 BAB 4 PENYEBAB RESISTENSI ANTIBIOTIK Priska Ernestina Tenda ...................................................... 67 BAB 5 PRINSIP-PRINSIP FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK PEMILIHAN MASING-MASING ANTIBIOTIK SEBAGAI TERAPI Dr. Ns. Makkasau, ............................................................. 87 BAB 6 MEKANISME RESISTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI GRAM NEGATIF DAN GRAM POSITIF apt. Muliyadi, 114 BAB 7 RESISTENSI ANTIBIOTIK GOLONGAN SULFONAMIDA, TRIMETOPRIM, BETA LAKTAM, GLIKOPEPTIDA, AMINOGLIKOSIDA, KUINOLON DAN TERAPI TBC apt. Reni Yustiati Saksosno, ..................................................... 136 BAB 8 TREND DAN ISU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK apt. Stefany Fernandez, ........................................................................ 163 vi Antibiotik dan Resistensi Antibiotik BAB 9 PERAN PROFESI APOTEKER DALAM EDUKASI PENGGUNAAN OBAT ANTIBIOTIK Theresia Maria Wonga. Apt. .................... 182 PENUTUP…………………………………………………………………………………212 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 7 BAB 1 KONSEP DASAR ANTIBIOTIK Dr. Muntasir, Apt. Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto Penfui Kupang NTT 85001 Telp. 0380 821410, +82380 881580 Emailmuntasir munbasrypps Sumber A. PENGERTIAN ANTIBIOTIK Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi Kemenkes, 2011. 28 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Aknul Yakin Amran. 2020. CHARACTERISTICS OF NON-PRESCRIBED ANTIBIOTIC USERS IN WATOLO DISTRICT. Altarac, D., Gutch, M., Mueller, J., Ronsheim, M., Tommasi, R., & Perros, M. 2021. Challenges and opportunities in the discovery, development, and commercialization of pathogen-targeted antibiotics. Drug Discovery Today, 0000, 1–6. Burke A. Cunha. 2015. Antibiotic Essentials. In The Health Sciences Publisher Vol. 14. The Health Scinces Publisher. Desrini, S. 2015. Resistensi Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan ? Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 64, i–iii. Farida, H., Herawati, H., Hapsari, M., Notoatmodjo, H., & Hardian, H. 2016. Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri, 101, 34. Fuhrmann, J. 2015. Antibiotic resistance a challenge for the 21st century. Society for General Microbiology, 1–11. Indonesia, K. K. R. 2013. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. KEMENKES, R. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011. 2008. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DI RUMAH SAKIT. L., Kourkouta, A., Tsaloglidou, K., Koukourikos. C., Iliadis., P., Plati., A., D. 2018. History of antibiotics research. Sumerianz Journal of Medical and Healthcare, 2018, Vol. 1, No. 2, Pp. 51-54, 12, 51–54. Ledingham, K., Hinchliffe, S., Jackson, M., Thomas, F., & Tomson, G. 2019. Antibiotic resistance using a cultural contexts of health Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 29 approach to address a global health challenge. WHO Regional Office for Europe, 292, 1–39. Lewis, K. 2020. The Science of Antibiotic Discovery. Cell, 1811, 29–45. Medisinal, K., & Kedua, E. 2018. KIMIA MEDISINAL 2, Edisi Kedua, 2016. March. Utami, E. R. 2011. ANTIBIOTIKA, RESISTENSI, DAN RASIONALITAS TERAPI. Http// 11, 124–139. World Health Organization. 2000. Antibiotic resistance synthesis of recommendations by expert policy groups. Alliance for the Prudent Use of Antibiotics WHO/CDS/ …, 242, 240–247. 30 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik PROFIL PENULIS Dr. Muntasir, Apt. Staf dosen Universitas Nusa Cendana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat sejak tahun 2003 mengajarkan mata kuliah yang berkaitan dengan Kimia, Farmakologi, Biomedik, Kesehatan dan Farmasi, Kewirausahaan Kesehatan dengan sertifikat dosen bidang keahlian Biomedik. Sejak 2016 Mengajar S2 IKM Universitas Nusa Cendanapada mata kuliah Kesehatan Lingkungan, Biokimia Gizi, Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan, Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Aktif di bidang organisasi profesi IAI NTT, IAKMI NTT dan MUI NTT. Pelaksana kegiatan Pengabdian Masyarakat Universitas Nusa Cendana pernah mendapatkan hibah Nasional Vucer, Ipteks, Kewirausahaan, Magang Kewirausahaan, berbagai Program IBM, IBIKK, KKN PPM, HI-LINK Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. dan IPTEKDA LIPI. Hibah Peneltian 2020. Menyelesaikan Doktoral di Program Studi Ilmu Kimia pada kajian Pencemaran Sianida di lingkungan tahun 2016 di Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ini sebagai staf pengajar dan pembimbing tugas akhir skripsi dan tesis di program studi S1 Kesehatan Masyarakat dan S2 IKM Pascasarjana Universitas Nusa buku yang pernah di terbitkan berjudul Kewirausahaan Bidang Kesehatan 2018, Kimia Kesehatan 2019, Manajamen Logistik Kesehatan 2019 dan Informasi Teknologi di Dunia Ilmu Kesehatan 2021 Email muntasir Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 31 BAB 2 DAYA KERJA ANTIBIOTIK Dr. Widy Susanti Abdulkadir SSi, MSi, Apt Universitas Negeri Gorontalo jl jendela sudirman no 6 Email widi Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antibiotik adalah suatu senyawa atau zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama fungi, atau dihasilkan secara sintetik yang digunakan untuk menghambat atau dapat membunuh mikroorganisme lain sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Prinsip pertama yang perlu diketahui dalam mempelajari antibiotik adalah bahwa kita harus memahami prinsip umum terapi antibiotik, golongan-golongan antibiotik dan mekanisme kerja untuk setiap golongan, mengetahui tentang efek dari antibiotik dan mempelajari luas spektrum bakteri dan pemilihan penggunaan obat antibiotik tersebut untuk penanganan organisme tertentu. Pada awalnya antibiotik diambil dan diisolasi dari miroorganisme dan sekarang beberapa antibiotik didapat dari tanaman tinggi dan hewan. Prinsip umum terapi antibiotik adalah bahwa senyawa tersebut haruslah menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membahayakan inang manusia, karena antibiotik harus mempengaruhi beberapa aspek pada bakteri yang tidak ada di dalam sel-sel mamalia, hal ini merupakan dasar untuk memahami sebagian besar mekanisme kerja obat antibiotik. 48 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Anonim, 1995, “Farmakologi dan Terapi”, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pencetakan oleh Gaya Baru, Jakarta Anonim, 2009, “Kumpulan Kuliah Farmakologi” Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mandal., dkk, 2006, Lecture Notes “Penyakit Infeksi”, dialih Bahasa oleh dr Juwalita Surapsari, edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta. Ernst Mutschler, 1999, “Dinamika Obat”, diterjemahkan oleh Mathilda B Widianto dan Anna Setiadi Ranti, edisi kelima, Penerbit ITB, Bandung. Janet L. Stringer, 2009, “Konsep Dasar Farmakologi”, dialih bahasa oleh dr Huriawati Hartanto, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mary Kamienski, Jim Keogh, 2006, “Farmakologi Demystified”, diterjemahkan oleh Ayyu Sandhi, Penerbit Rapha Publishing. Siswandono, 2016, “Kimia Medisinal”, Edisi kedua, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 49 PROFIL PENULIS Dr. Widy Susanti Abdulkadir SSi, MSi, Apt Lahir di Jakarta, 17 Desember 1971. Sekolah TK hingga SMA di Gorontalo, tahun 1990 melanjutkan kuliah S1 dan Apoteker dijurusan Farmasi Universitas Hasanuddin, dan padatahun 2006 melanjutkan kuliah S2 di Farmasi Universitas Hassanuddin, tahun 2010 melanjutkan kuliah S3 di Universitas Airlangga di Fakultas Kesehatan Masyarakat hingga lulus tahun 2013. Saat ini meniti karir sebagai dosen farmasi di Universitas Negeri Gorontalo. Selama menjadi dosen, pernah memegang Ketua Jurusan Farmasi, anggota aktif Ikatan Apoteker Indonesia Propinsi Gorontalo, aktif sebagai anggota tim auditor LPPOM MUI Propinsi Gorontalo dari tahun 2016 hingga sekarang, saat ini memegang jabatan wakil dekan bidang umum dan keuangan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. 50 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik BAB 3 KAPAN ANTIBIOTIK DIKATAKAN RESISTENSI apt. A. Ifriany Harun, Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Tanjungpura A. RESISTENSI ANTIBIOTIK Resistensi adalah suatu sikap yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan, berusaha melawan, menentang, atau upaya oposisi pada umumnya. Sebelum membahas resitensi antibiotik, sebaiknya kita membahas sedikit tentang resistensi antimikroba, dimana resistensi antimikroba merupakan suatu kondisi seseorang dimana pemakaian obat-obatan antimikroba jamur, bakteri, parasit, dan virus pada dosis pengobatan biasa tidak mampu mengobati infeksi yang disebabkan oleh antimikroba tesebut. Dari resistensi antimikroba, muncullah istilah resistensi antibiotik yang memiliki cakupan lebih kecil dibandingkan resistensi antimikroba, dimana resistensi antibiotik membahas tentang kemampuan obat-obat antibakteri untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Karena luasnya pemakaian antibiotik dalam mengatasi penyakit infeksi, kadangkala obat-obat antibiotik yang seharusnya hanya digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri, ternyata 64 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Brooks GF, Butel JS, dan Morse SA. 1998. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology, 21st ed, Prentice Hall International Inc, , 145 – 176. Gogarten, J. P., & Townsend, J. P. 2005. Transfer gen horizontal, inovasi genom dan evolusi. Ulasan Alam Mikrobiologi, 39, 679. Hadi , U. 2009, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi V, Jilid III, Interna Publishing, Jakarta. Keeling, P. J., & Palmer, J. D. 2008. Transfer gen horizontal dalam evolusi eukariotik. Ulasan Alam Genetika, 98, 605. Maclean RC, Millan AS. The evolution of antibiotic resistance. AAAS. 2019; 3656458 1082-1083. Munita JM&Arias CA. Mechanisms of Antibiotic resistance. ASMP. 2016; 42 1-25. Available from Neu HC, Gootz TD. 2001, Antimicrobial chemotherapy. Medmicro. Pierce, B. A. 2009. Genetika Suatu pendekatan konseptual. Ed. Panamericana Medical. Pratiwi 2008, Mikrobiologi Farmasi, Penerbit Erlangga, Fak farmasi UGM Yogyakarta Perovic S, Veinovic G, Stankovic A. A Review on Antibiotic Resistance Originand Mechanismof Bacterial Resistanceas Biological Phenomen. Genetika Journal. 2018; 503 1123-1135. Available from Sumbali, G., & Mehrotra, R. S. 2009. Prinsip mikrobiologi. McGraw-Hill. Tille, PM. 2017. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 14th Ed. Missouri Elsevier, Inc Tok Panji. 2017, Transformasi, transduksi dan konyugasi, info pendidikan biologi. Tripathi, 2003. Essentials of Medical Pharmacology. New Delhi Jaypee Brothers Medical Publisher Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 65 Utami, E. R., 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Jurnal Saintis, Volume I, Nomor 1, 125-135. Ventola CL. The Antibiotic Resistance Crisis. Pharmacy and therapeutics Journals. 2015; 404277-283. Available from Zang , Y. 2007. Mechanisms of antibiotic resistance in the microbial world. USA Baltimore 66 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik PROFIL PENULIS apt. A. Ifriany Harun, Lahir di Makassar pada hari minggu, tanggal 27 desember 1970. Menyelesaikan pendidikan TK di Makassar, Tahun 1980 – 1986 pindah ke kota Palu Sulawesi-Tengah mengikuti orang tua, lalu kembali lagi ke Makassar. Tahun 1988-1989 pindah ke kota depok mengikuti orang tua dan kembali ke Makassar tahun 1989 sampai menyelesaikan kuliah S1 di FMIPA Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin pada tahun 1996. Tahun 1998 menyelesaikan pendidikan profesi apoteker dan tahaun 2001 menyelesaikan S2 di Universitas Hasanuddin. Tahun 1998 mengikuti program karya siswa yang dilaksanakan oleh Dikti dan diterima sebagai dosen pada Universitas tanjungpura sampai sekarang. Mengampu mata kuliah struktur dan fungsi biomolekul, Metabolisme dan Rekayasa genetika, Ikatan Kimia, Kimia Koordinasi, Mikrobiologi, kimia Bahan Pangan dan Bioteknologi. Tahun 2001-2010 menjadi apoteker pengelola apotek APA pada apotek Vega di Pontianak. Email Penulis Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 67 BAB 4 PENYEBAB RESISTENSI ANTIBIOTIK Priska Ernestina Tenda, SF.,Apt., Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Jalan Adisucipto Penfui Kupang NTT 85001, Telp+82120568405 Email priskafarmasikupang A. DEFINISI RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN URGENSINYA Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Selain itu, ditemukan istilah multiple drugs resistance didefinisikan sebagai resistensi bakteri terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat, sedangkan cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang belum pernah dipaparkan Tripathi,2003. World health organization 2015 mendefinisikan resistensi antibiotik adalah kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotic yang awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Angka kematian akibat resistensi antimikroba terus cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi akibat resistensi mikroorganisme,pada tahun 2050 diperkirakan kematian akibat resistensi antibiotic mencapai 10 juta jiwa dengan kerugian secara ekonomi sekitar 100 triliun dolar WHO, 2015. 84 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Antibiotic resitance, diakses pada tanggal 26 Oktober 2021. [ Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., & Mittal, P. 2009. Antibiotic resistance - A global issue of concern. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 22, 34–39. C. Lee Ventola, M., & This. 2015. The Antibiotic Resistance Crisis. Comprehensive Biochemistry, 114, 181–224. Dwiprahasto, I. 2005. Kebijakan Untuk Meminimalkan Risiko Terjadinya Resistensi. Jmpk, 0804, 177–181. Jamal, M., Tasneem, U., Hussain, T., & Andleeb, and S. 2015. Bacterial Biofilm Its Composition, Formation and Role in Human Infections. Research & Reviews Journal of Microbiology and Biotechnology, 43, 1–14. Khachatourians, G. G. 1998. Agricultural use of antibiotics and the evolution and transfer of antibiotic-resistant bacteria. Cmaj, 1599, 1129–1136. Kostakioti, M., Hadjifrangiskou, M., & Hultgren, S. J. 2021. Bacterial biofilms Development, dispersal, and therapeutic strategies in the dawn of the postantibiotic era. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 34, 1–24. Levy, S. B., & Bonnie, M. 2004. Antibacterial resistance worldwide Causes, challenges and responses. Nature Medicine, 1012S, S122–S129. Prestinaci, F., Pezzotti, P., & Pantosti, A. 2015. Antimicrobial resistance A global multifaceted phenomenon. Pathogens and Global Health, 1097, 309–318. Purbowati, R. 2018. Hubungan Biofilm dengan Infeksi Implikasi pada Kesehatan Masyarakat dan Strategi Mengontrolnya. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 51, 1. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 85 Tripathi, K. D. 2003. Antimicrobial Drugs General Consideration. Essential of Medical Brothers Medical Publishers. Utami, E. R. 2012. Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi. El–Hayah, 14, 191–198. Viswanathan, V. K. 2014. Off-label abuse of antibiotics by bacteria. Gut Microbes, 51, 20–22. World Health Organization. 2015. Antibiotic Resistance Multi-Country Public Awareness Survey. World Heatlh Organization, 1–51. 86 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik PROFIL PENULIS Priska Ernestina Tenda, SF.,Apt., Lahir di Flores, 18 Januari 1977. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Fakultas Farmasi tahun 2001, pendidikan profesi apoteker pada tahun 2002, dan Strata 2 peminatan Farmakologi dan Toksikologi Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedik Fakultas Kedokteran pada tahun 2011 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sejak tahun 2002 hingga sekarang sebagai staf pengajar pada jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang dan mengajar mata kuliah farmakologi, spesialit dan terminologi, obat tradisional, simulasi perapotekan. Penulis aktif dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, publikasi jurnal, dan menulis buku. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 87 BAB 5 PRINSIP FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK PEMILIHAN ANTIBIOTIK SEBAGAI TERAPI Dr. Ns. Makkasau, STIKES Panakkukang, Jl. Adyaksa No. 5 Makassar 0411-444133 Email makkasau_mkes A. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK 1. Farmakokinetik merupakan aspek yang menjelaskan mengenai perjalanan dan apa yang terjadi pada obat saat berada di dalam tubuh. Diantaranya termasuk absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi Amin LZ, 2014. a. Absorpsi Absorpsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah. Kecepatan dan efisiensi absorpsi tergantung pada cara pemberian. Untuk intravena, absorpsi sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. Pemberian obat dengan rute lain hanya bisa menghasilkan absorpsi yang partial dan karena itu merendahkan ketersediaan hayati. Sebagai contoh, pemberian oral memerlukan bahwa suatu obat larut dalam cairan gastrointestinal dan kemudian menembus sel-sel epitel mukosa usus; keadaan penyakit atau adanya makanan bisa mempengaruhi proses ini Mycek MJ, Harvey RA dan Champe PC, 2001. 112 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Amin Antibiotik yang Bagian Farmakologi FKUI. 2016. Farmakologi dan Terapi. Edisi keenam. Penerbit Gaya Baru. Jakarta. Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Kee JL dan Hayes Farmakologi Penedkatan Proses I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mycek MJ, Harvey RA dan Champe PC. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi I. Penerbit Widya Medika. Jakarta. Neal MJ, 2006. At a Glance Farmakologi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Tan HT dan Rahardja K. Penting. Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Ketujuh. Dirjen POM. Depertemen Kesehatan RI. PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 113 PROFIL PENULIS Makkasau yang akrab dipanggil Meks, lahir di Sanuale Soppeng, tanggal 19 Juli 1982. Riwayat Pendidikan Penulis SDN 165 Asanae 1993, SMPN 2 Takalala 1996, tamat SMA Negeri 2 Watansoppeng 1999. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Akademi Keperawatan Panakkukang Makassar dan selesai 2002, melanjutkan pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan selesai tahun 2005 dan Profesi Ners 2006. Dan melanjutkan kembali pendidikan Magister di Program Studi Biomedik Konsentrasi Farmakologi Universitas Hasanuddin selesai 2008, dan Master Emergency and Disaster Management di Program Studi yang sama dan selesai 2014. Kemudian menyelesaikan pendidikan Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2016. Penulis mengawali karirnya sebagai staf pengajar di Akper Reformasi 2005-2006, dan sebagai Dosen Tetap Yayasan Perawat Sulawesi Selatan STIKES Panakkukang Makassar 2006-sekarang. Beberapa tanggung jawab yang pernah diemban penulis diantaranya sebagai Sekretaris Penjaminan Mutu Internal 2008-2011, Ketua Penjaminan Mutu Internal 2011-2015, Ketua Program Studi S1 Keperawatan 2015-2019, dan sekarang diberikan amanah sebagai Ketua STIKES Panakkukang Periode 2020-2024. Sampai saat ini, penulis telah melakukan beberapa penelitian yang terkait dengan disiplin ilmunya. Email penulis makkasau_mkes 114 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik BAB 6 MEKANISME RESISTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF apt, Muliyadi, M. Si Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur A. DARI MANA ASAL USUL BAKTERI ? Aristoteles 300 sebelum Almasih berpendapat, bahwa mahluk-mahluk kecil itu terjadi begitu saja dari benda yang mati. Pendapat ini dianut oleh Needham, seorang pendeta bangsa Irlandia yang selama 1745 sampai 1750 mengadakan ekspermen-eksperimen dengan pelbagai rebusan-rebusan padi-padian, daging dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun timbullah organisme; dengan lain perkataan, kehidupan baru dapat timbul dari barang ini terkenal sebagai teori abiogenesis a = tidak, bios = hidup, genesis = kejadian atau teori generatio spontania.mahluk hidup itu terjadi begitu saja. Spallazani 1729 – 1799 dalam tahun 1768 membantah pendapat Aristoteles dan Needham dengan mengatakan, bahwa perebusan dan kemudian penutupan botol-botol berisi air rebusan yang dilakukan oleh Needham itu tidak sempurna. Spallazani sendiri 132 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik REFERENSI Dwidjoseputo, D, Prof, Dr, 1994, “Dasar- Dasar Mikrobiologi”, Djambatan, 1, 3, 4, 6 file///C/Users/IdeaPad%20S145/Downloads/resistensi% Tanggal 10 Agustus 2021 Elliott, T., Worthington, T., Osman, H., Gill, M. 2007. Lecture Notes Medical Microbiology & Infection. Pendit, B. U. 2009. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi. Edisi 4. Jakarta EGC. Halaman 182, 187. Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran . jakarta CV. Sagung Seto. Jawetz, E., Melnick, & Adelberg, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Isselbacher dan Braunwald. 1999. Harrison Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta EGC. Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta Pelczar, M. J., Chan, Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York. 2007 Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Neu, and Gootz. Antimicrobial chemotherapy. Dalam Baron, S, eds. Medical microbiology. Galvestone The University of Texax Medical Branch; 2001. Setiabudy R. Pengantar antimikroba. dalam Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna DF, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. Edisi IV. Jakarta Gaya Baru. Harvey, R. A., Champe, P. C. Ulasan Bergambar Edisi EGC Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 133 Wesetian, Kewaspadaan Nosokomial, Yayasan Spritia, [diakses pada tanggal 24 Desember 2006]. Available from http///Spritia. 2006 Radji, Maksum, dkk. “Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika Di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta”. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 2 41-48. 201 Stringer, Janet L. Basic Concepts in Pharmacology a Student’s Survival Guide. Edisi 3. diterjemahkan oleh dr. Huriawati Hartanto. Jakarta Buku Kedokteran EGC. h. 186 – 199. 2006. Aknul Yakin Amran. 2020. CHARACTERISTICS OF NON-PRESCRIBED ANTIBIOTIC USERS IN WATOLO DISTRICT. Altarac, D., Gutch, M., Mueller, J., Ronsheim, M., Tommasi, R., & Perros, M. 2021. Challenges and opportunities in the discovery, development, and commercialization of pathogen-targeted antibiotics. Drug Discovery Today, 0000, 1–6. Burke A. Cunha. 2015. Antibiotic Essentials. In The Health Sciences Publisher Vol. 14. The Health Scinces Publisher. Desrini, S. 2015. Resistensi Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan ? Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 64, i–iii. Farida, H., Herawati, H., Hapsari, M., Notoatmodjo, H., & Hardian, H. 2016. Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri, 101, 34. Fuhrmann, J. 2015. Antibiotic resistance a challenge for the 21st century. Society for General Microbiology, 1–11. Indonesia, K. K. R. 2013. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. KEMENKES, R. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011. 2008. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DI RUMAH SAKIT. 134 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 2yQf144Wdni6UHSA1629882292751&q=Pengertian+antibiotik+menurut+Permenkes&sa=X&ved=2ahUKEwi4wNbY6MvyAhW273MBHR0bDKoQ1QIwCXoECCEQAQ&biw=1366&bih=600 L., Kourkouta, A., Tsaloglidou, K., Koukourikos. C., Iliadis., P., Plati., A., D. 2018. History of antibiotics research. Sumerianz Journal of Medical and Healthcare, 2018, Vol. 1, No. 2, Pp. 51-54, 12, 51–54. Ledingham, K., Hinchliffe, S., Jackson, M., Thomas, F., & Tomson, G. 2019. Antibiotic resistance using a cultural contexts of health approach to address a global health challenge. WHO Regional Office for Europe, 292, 1–39. Lewis, K. 2020. The Science of Antibiotic Discovery. Cell, 1811, 29–45. Medisinal, K., & Kedua, E. 2018. KIMIA MEDISINAL 2, Edisi Kedua, 2016. March. Utami, E. R. 2011. ANTIBIOTIKA, RESISTENSI, DAN RASIONALITAS TERAPI. Http// 11, 124–139. World Health Organization. 2000. Antibiotic resistance synthesis of recommendations by expert policy groups. Alliance for the Prudent Use of Antibiotics WHO/CDS/ …, 242, 240–247. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 135 PROFIL PENULIS Muliyadi, Apt. Staf pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur sejak tahun 2002 di Instalasi Farmasi Kabupaten Kutai Timur. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2017 sebagai Kepala Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, pada tahun 2017 sampai tahun 2019 sebagai Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional, dan pada tahun 2019 sampai sekarang sebagai kepala seksi Kefarmasian di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur. Sejak tahun 2004 sampai tahun 2020 melakukan praktek kefarmasian pada Apotek Pelita Kasih, dan pada tahun 2020 sampai sekarang sebagai kepala Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pelita Kasih. Pada tahun 2011 sampai tahun 2016 sebagai ketua Ikatan Apoteker Indonesia IAI cabang Kabupaten Kutai Timur, tahun 2016 sampai sekarang sebagai anggota Majelis Etik Apoteker Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2020 sampai sekarang sebagai Penasehat Ikatan Apoteker Indonesi IAI Cabang Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. 136 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik BAB 7 RESISTENSI ANTIBIOTIK GOLONGAN SULFONAMIDA-TRIMETOPRIM, Β-LAKTAM, GLIKOPEPTIDA, AMINOGLIKOSIDA,KUINOLON DAN OBAT TERAPI TBC apt. Reni Yustiati Saksosno, RSUD Ulin Banjarmasin Jalan Banjarmasin reniyustiati A. DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA Resistensi antibiotik terjadi ketika mikroorganisme termasuk bakteri, virus, fungi dan parasit mampu beradaptasi dan tumbuh dengan pemberian antibiotik yang pernah diberikan sebelumnya CDC, 2021. Resistensi antibiotik merupakan ancaman yang signifikan dalam sistem kesehatan masyarakat tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di dunia Founou & Essack, 2017. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA menyebabkan kematian hampir individu setiap tahun di AS dan Eropa dan resistensi obat TBC berdampak signifikan di negara-negara berkembang Dadgostar, 2019. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia AMRIN Study membuktikan dari orang, 43% Escherchia coli resisten terhadap beberapa jenis antibiotika seperti ampisilin 24%, kotrimoksasol 29%, kloramfenikol 25% Lestari et al, Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 159 REFERENSI Alekshun, MN and Levy SB, 2007. Moleculer mechanism of antibacterial 128 6 1016/ Antibiotic Resisteance A global threat, features, CDC. 2021. Available from Accessed Agust-30, 2021. Araos R, Munita JM, Arias CA. 2017, Antimicobial Resistance Selection vs. Induction, CAB International, Antimicrobial Stewardship Principles and Practice eds K. LaPlante et al. doi Center for Disease Control and Prevention, Antibiotic resistance threats in United States. Atlanta Departement of Health and Human Services; Revised Dec. 2019. Chokshi A, Sifri Z, Cennimo D, Horng H, Global Contributors to Antibiotic Resistance, J Glob Infect Dis. 2019;111 Dadgostar P, editor. Antimicrobial Resistance Implication and Costs, Infect Drugs Resist. 2019 Available from /pmc/ articles/ Agust-30, 2021. Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Founou RC, Founou LL, Essack SY, Clinical and Economic Impact of Antibiotic Resistance in Developing Countries A systematic review and meta-analysis. Journals. 2017;12 Kapoor G, Saigal S, Elongavan A, 2017. Action and resistance mechanism of antibiotics A guide for clinicians. J Anaesthesiol Clin Pharmacol;333 joacp. 160 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik from https//www. ncbi. pmc/articles/ Agust-30, 2021. Lestari ES, Severin JA, Filius PM, et al. Antimicrobial resistance among comensal isolate of Escherchia coli and Staphylococcus aureus in the Indonesian population inside and outside hospitals. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2008;27 Lima AAM, Lima NL, Pinbo MCN. High frequency of strain multiply resistant to ampicillin, trimetoprim-sulfametoksazol, streptomycin, Subject chloramphenicol and tetracycline isolated from patient with shigellosis in Northeastern Brazil during the period 1988-1993. Antimicrobial Agents and chemotherapy. 1995391256-9.[PubMed] Limato R, Nelwan EJ, Mudia M, et al. A multicentre point prevalence survey of patterns and quality of antibiotic prescribing in Indonesian hospitals, JAC-Antimicrob Resist 2021; doi Moore DW, Antibiotic Classification & Mechanism-Basic Science-Orthobullets. Available from https//www. orthobullet. com/basic-science/9059/antibiotic-classification-and-mecanism, update7/14/ Agust-30, 2021. O’Neill J, Antimicrobial Resistance Tackling a Crisis for the Health and Wealth of Available from https// amr %20Tackling%20a%20crisis%20for%20the%20health%20and % 20wealth%20of% Agust-30, 2021. Prestinaci F, Pezzotti P, Pantosti A, Antimicrobial Resistance; A global multifaceted phenomenon. Pathog Glob Health. 2015;1097 Rice LB, Symposium on Antimicrobial Therapy; Mechanisms of Resistance and Clinical Relevance of Resistance to β-lactams, Glycopeptides, and Fluoroquinolones. 2012;DOI10. 1016/ Salih C, Demiroz AP, Antibiotic and the mechanism of resistance to antibiotics. 2013, Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences 214, 138-143; Available from Accessed Agust-30, 2021. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 161 Severin JA, Mertaniasih, NM, Kuntaman K et al. Study Group Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention’ AMRIN. Molecular characterization of extended-spectrum beta-lactamases in clinical Escherchia coli and Klebsiella pneumoniae isolates from Surabaya, Indonesia. J Antimicrob Chemoter. 2010;65465-9. Taur Y and Palmer EG. 2013 The intestinal microbiota and susceptibility to infection in immunocompromised patient, Current Opinion in Infection Then RL, Mechanisms of resistance to trimetoprim, the sulfonamides, and trimethoprim-sulfametoxazole. Review of Infectious Disease, 1982; 261-9. Varela MF, Stephen J, Lekshmi M, et al. Review Bacterial Resistance to Antimicrobial Agents. 2021. Antibiotics; MDPI Available from Agust-30, 2021. Zhang Y and Yew W-W. Mechanism of drug resistance in Mycobacteriumtuberculosis update 2015, Int J Tuberc Lung Dis 19111276-1289. Zinner SH, Mayer KH. Sulfonamides and Trimethoprim Principles and practice of infectious disease, 5th-ed. New York Churchill Livingstone; 2000; 394-401. 162 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik PROFIL PENULIS apt. Reni Yustiati Saksono, Lahir di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tanggal 23 Pebruari 1972. Menyelesaikan pendidikan TK di Nganjuk, SD-SMP pindah mengikuti orang tua di Lampung Selatan, SMA kembali ke kota Nganjuk. Tahun 1990 di terima di Universitas Hasanuddin Makassar, menyelesaikan kuliah S1 di FMIPA Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin pada tahun 1996. Tahun 1998 menyelesaikan pendidikan profesi apoteker di universitas yang sama. Tahun 2010-2012 mendapat kesempatan melanjutkan tugas belajar S2 Farmasi Klinik ke Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Sempat mengajar di STIFA Makassar yang sebelumya bernama Akfar Kebangsaan Makassar dari tahun 1998-2000. Tahun 2000 diterima menjadi PNS dan menjadi Ka Instalasi Farmasi di RSUD Kotabaru, Kalimantan Selatan hingga tahun 2008. Tahun 2009 pindah tugas ke BLUD RS Ulin Banjarmasin Kalimantan Selatan sampai sekarang. Tahun 2000-2008 menjadi apoteker pengelola apotek APA di Kotabaru dan 2013-2015 di Banjarbaru Kalimantan Selatan. Bertugas di BLUD RS Ulin sebagai apoteker klinis ruang perawatan, yaitu Penyakit Dalam, 2008-2010, VIP 2013-2014, Ruang Anak 2015-2021 dan di ruang Hematologi dan Onkologi Anak. 2015-sekarang. Tugas tambahan, diantaranya sebagai preceptor, Sekretaris KFT 2013-2017, Tim Akreditasi sebagai anggota BAB PKPO 2012-2016, BAB Prognas PPRA tahun 2016-sekarang, Koordinator Kendali Mutu dan Biaya JKN 2014-sekarang dan PIC PRB 2018-sekarang. Email Penulis reniyustiati Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 163 BAB 8 TREND DAN ISU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK apt. Stefany Fernandez, Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Jl. Piet A Tallo Telpon 0380 881880 eztephanie88 A. ISSUE PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI MASYARAKAT DAN DUNIA Anti Microbial Resistance AMR menjadi ancaman kesehatan masyarakat global yang serius. Hal ini terjadi karena bakteri dan mikroorganisme mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga berkembangnya resistensi terhadap antibiotik dan obat antimikroba lainnya EMA, 2020. Menurut laporan dari Inggris, AMR dapat membunuh hingga 10 juta orang setiap tahun pada 2050 jika tidak dilakukan tindakan yang tepat. AMR kini sudah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Laporan World Health Organization WHO secara global tentang AMR menunjukkan tingginya resistensi Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae terhadap sefalosporin generasi ke-3, tingginya tingkat Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin MRSA, serta berkurangnya sensitivitas Streptococcus pneumonia terhadap penisilin yang terjadi hampir di seluruh dunia Song, 2015 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 177 REFERENSI AINI, N., & SETYAWAN, A. D. 2006. Bioactive compound that inhabit quorum sensing system in gram negative bacteria. Biofarmasi Journal of Natural Product Biochemistry, 41. Al-Haidari, R. A., Shaaban, M. I., Ibrahim, S. R. M., & Mohamed, G. A. 2016. Anti-quorum sensing activity of some medicinal plants. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines, 135. Beovic, B., Dousak, M., Ferreira-Coimbra, J., Nadrah, K., Rubulotta, F., Belliato, M., Berger-Estilita, J., Ayoade, F., Rello, J., & Erdem, H. 2020. Antibiotic use in patients with COVID-19 A “snapshot” Infectious Diseases International Research Initiative ID-IRI survey. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 7511. Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., & Mittal, P. 2009. Antibiotic resistance - A global issue of concern. In Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol. 2, Issue 2. Carlet, J., Pulcini, C., & Piddock, L. J. V. 2014. Antibiotic resistance A geopolitical issue. In Clinical Microbiology and Infection Vol. 20, Issue 10. Chandy, S. J., Thomas, K., Mathai, E., Antonisamy, B., Holloway, K. A., & Stalsby Lundborg, C. 2013. Patterns of antibiotic use in the community and challenges of antibiotic surveillance in a lower-middle-income country setting A repeated cross-sectional study in Vellore, South India. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 681. EMA. 2020. antimicrobial resistance. EMTENAN M HANAFI, & ENAS N DANIAL. 2019. NATURAL ANTIMICROBIALS IN THE PIPELINE AND POSSIBLE SYNERGISM WITH ANTIBIOTICS TO OVERCOME MICROBIAL RESISTANCE. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Ferdiansyah, D. 2017. Co-Evolusi Antibiotik dalam Pola Penggunaan Antibiotik menurut Pendekatan Teori Jaringan-Aktor. 178 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik Online, 23. Folorunso, Bukola, O., . J., Eniola, A., . O., & Theresa, P. 2020. Current pattern of antibiotic use in community pharmacies in Lagos state Nigeria. The Pharma Innovation, 910. Gillani, A. H., Chang, J., Aslam, F., Saeed, A., Shukar, S., Khanum, F., Jairoun, A., Nicholson, A., Mohamed Ibrahim, M. I., & Fang, Y. 2021. Public knowledge, attitude, and practice regarding antibiotics use in Punjab, Pakistan a cross-sectional study. Expert Review of Anti-Infective Therapy, 193. Grosso, G., Marventano, S., Ferranti, R., & Mistretta, A. 2012. Pattern of antibiotic use in the community Non-adherence and self-prescription rates in an Italian urban population. Molecular Medicine Reports, 55. Hakimi Alni, R., Ghorban, K., & Dadmanesh, M. 2020. Combined effects of Allium sativum and Cuminum cyminum essential oils on planktonic and biofilm forms of Salmonella typhimurium isolates. 3 Biotech, 107. Khan, F. U., Khan, F. U., Hayat, K., Ahmad, T., Khan, A., Chang, J., Malik, U. R., Khan, Z., Lambojon, K., & Fang, Y. 2021. Knowledge, attitude, and practice on antibiotics and its resistance A two-phase mixed-methods online study among pakistani community pharmacists to promote rational antibiotic use. International Journal of Environmental Research and Public Health, 183. Kim, Y. C., Kim, M. H., Song, J. E., Ahn, J. Y., Oh, D. H., Kweon, O. M., Lee, D., Kim, S. B., Kim, H. W., Jeong, S. J., Ku, N. S., Han, S. H., Park, E. S., Yong, D., Song, Y. G., Lee, K., Kim, J. M., & Choi, J. Y. 2013. Trend of methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA bacteremia in an institution with a high rate of MRSA after the reinforcement of antibiotic stewardship and hand hygiene. American Journal of Infection Control, 415. Li, J., Hu, S., Jian, W., Xie, C., & Yang, X. 2021. Plant antimicrobial peptides structures, functions, and applications. In Botanical Studies Vol. 62, Issue 1. M Amin, D. H. 2021. Current techniques and future directions in antibiotic resistance breakers. International Journal of Medical, Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 179 Pharmacy and Drug Research, 54. Mackenzie, D. G., Ong, D. S., & Ashiru-Oredope, D. 2020. World Antibiotic Awareness Week and European Antibiotic Awareness Day, November 2018 An analysis of the impact of Twitter activity. International Journal of Antimicrobial Agents, 566. Rahim, A., Ahmadissa, S., Muhamad, L., & Hama Soor, T. 2020. Antibiotic resistance Current global issue and future challenges. Microbial Biosystems, 52. Robinson, T. P., Bu, D. P., Carrique-Mas, J., Fèvre, E. M., Gilbert, M., Grace, D., Hay, S. I., Jiwakanon, J., Kakkar, M., Kariuki, S., Laxminarayan, R., Lubroth, J., Magnusson, U., Ngoc, P. T., van Boeckel, T. P., & Woolhouse, M. E. J. 2016. Antibiotic resistance is the quintessential One Health issue. In Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene Vol. 110, Issue 7. Sakeena, M. H. F., Bennett, A. A., Carter, S. J., & McLachlan, A. J. 2019. A comparative study regarding antibiotic consumption and knowledge of antimicrobial resistance among pharmacy students in Australia and Sri Lanka. PLoS ONE, 143. Satras, K. B. 2019. Prevalence and Susceptibility Analysis of Gram Negative Pathogens in Super Specialty Tertiary Care Centers, Pune in India from January 2018- January 2019. Microbiology Research Journal International. Scarafile, G. 2016. Antibiotic resistance current issues and future strategies. Reviews in Health Care, 71. Song, 2015. Global and regional strategies to control antimicrobial resistance Issues and solutions. International Journal of Antimicrobial Agents, 45. Sumiartini, T., Laksmitawati, D. R., Ramadaniati, H. U., Natadidjaja, R. I., & Asmajaya, R. 2021. Pengaruh Pemberian Antibiotik terhadap Tanda Infeksi Daerah Operasi Superfisial dan Lama Tinggal Pasien Sectio Caesaria. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 41. 180 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik Van, T. T. H., Yidana, Z., Smooker, P. M., & Coloe, P. J. 2020. Antibiotic use in food animals worldwide, with a focus on Africa Pluses and minuses. In Journal of Global Antimicrobial Resistance Vol. 20. Xu, J., Sangthong, R., McNeil, E., Tang, R., & Chongsuvivatwong, V. 2020. Antibiotic use in chicken farms in northwestern China. Antimicrobial Resistance and Infection Control, 91. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 181 PROFIL PENULIS Penulis bernama lengkap Stefany Fernandez adalah putri kelahiran Maliana, RDTL. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara yang lulus Pendidikan Strata satu dan profesi pada Universitas 17 Agustus Jakarta, serta menyelesaikan pendidikan Strata Dua di Institut Teknologi Bandung pada tahun 2014. Penulis yang memiliki hobby mengoleksi tenunan Khas NTT ini adalah seorang Dosen di Program Studi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang sejak tahun 2015. Penulis berharap agar buku yang ditulisnya dapat bermanfaat memberikan informasi tambahan kepada pembaca, kritikan dan saran membangun sangat penulis butuhkan guna pengembangan diri di masa mendatang. 182 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik BAB 9 PERAN PROFESI APOTEKER DALAM EDUKASI PENGGUNAANANTIBIOTIK Thresia Maria Wonga, Founder Komunitas MAKROBA Mangarti Antimikroba RSUD Johannes Kupang Jl. Mohammad Hatta 19, Oetete Kupang-NTT Email tracymaria1506 / tmaria8306 Resistensi antimikroba merupakan masalah global dan ancaman terbesar pada abad ke-21. Ancaman ini telah dialami oleh manusia saat ini dan akan tetap menjadi ancaman hingga beberapa dekade ke depan, jika tidak ditangani secepatnya. Data menunjukkan resistensi antibiotik ini terjadi paling banyak di negara berpenghasilan rendah dan menengah, walaupun data yang representatif di beberapa negara masih kurang World Health Organization WHO, 2015. Dan hal serius ini berkontribusi terhadap peningkatan beban global akan resistensi antimikroba Laxminarayan et al., 2013. Asia Tenggara merupakan region yang memiliki resiko paling tinggi terhadap munculnya dan berkembangnya resistensi antibiotik yang secara dominan disebabkan oleh penggunaan antibiotik secara tidak tepat dan lemahnya sistem dalam pemerintahan terutama di bidang kesehatan Holloway, Kotwani, Batmanabane, Puri, & Tisocki, 2017. Apabila tidak segera diambil langkah proaktif untuk menghentikan ancaman darurat global ini, O’Neill 2016 memperkirakan akan terjadi peningkatan kematian akibat resistensi Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 207 REFERENSI Ahmad, M., & Khan, A. U. 2019. Global economic impact of antibiotic resistance A review. Journal of global antimicrobial resistance, 19, 313-316. Alabid, A. H. M., Ibrahim, M. I. M., & Hassali, M. A. 2013. Do professional practices among Malaysian private healthcare providers differ? A comparative study using simulated patients. Journal of clinical and diagnostic research JCDR, 712, 2912. American Society of Health-System Pharmacists ASHP. 2002. ASHP Leadership Conference on Pharmacy Practice Management executive summary. From management to leadership the building blocks of professionalism. Am J Health-Syst Pharm, 59, 661-665. Austin, D. J., Kristinsson, K. G., & Anderson, R. M. 1999. The relationship between the volume of antimicrobial consumption in human communities and the frequency of resistance. Proceedings of the National Academy of Sciences, 963, 1152-1156. Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia IONI Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. Beard, T., & Redmond, S. 1979. Declaration of alma-ata. The Lancet, 3138109, 217-218. Bojalil, R., & Calva, J. J. 1994. Antibiotic misuse in diarrhea. A household survey in a Mexican community. Journal of clinical epidemiology, 472, 147-156. Chen, D., Liu, S., Zhang, M., Li, S., & Wang, J. 2018. Comparison of the occurrence of antibiotic residues in two rural ponds implication for ecopharmacovigilance. Environmental monitoring and assessment, 1909, 1-11. Dillip, A., Embrey, M., Shekalaghe, E., Ross-Degnan, D., Vialle-Valentin, C., Kimatta, S., . . . Chalker, J. 2015. What motivates antibiotic dispensing in accredited drug dispensing outlets in Tanzania? A qualitative study. Antimicrobial resistance and infection control, 41, 1-8. El Zowalaty, M. E., Belkina, T., Bahashwan, S. A., El Zowalaty, A. E., Tebbens, J. D., Abdel-Salam, H. A., . . . Madkhaly, F. M. 2016. Knowledge, awareness, and attitudes toward antibiotic use and antimicrobial resistance among Saudi population. International journal of clinical pharmacy, 385, 1261-1268. 208 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik Formoso, G., Paltrinieri, B., Marata, A. M., Gagliotti, C., Pan, A., Moro, M. L., . . . Magrini, N. 2013. Feasibility and effectiveness of a low cost campaign on antibiotic prescribing in Italy community level, controlled, non-randomised trial. Bmj, 347. Founou, R. C., Founou, L. L., & Essack, S. Y. 2017. Clinical and economic impact of antibiotic resistance in developing countries a systematic review and meta-analysis. PloS one, 1212, e0189621. Gonzalez Ochoa, E., Armas Perez, L., Bravo Gonzalez, J. R., Cabrales Escobar, J. A., Rosales Corrales, R., & Abreu Suárez, G. 1996. Prescription of antibiotics for mild acute respiratory infections in children. Bulletin of the Pan American Health Organization PAHO; 30 2, jun. 1996. Han, H. J., Zheng, S. Y., Ma, W. C., Huang, J. H., Chen, L. Y., Liu, X., . . . Mu, J. M. 2014. The current situation and treatment and disposal techniques of antibiotic bacterial residues in China. Paper presented at the Applied Mechanics and Materials. Hepler, C. D., & Strand, L. M. 1990. Opportunities and responsibilities in pharmaceutical care. American journal of hospital pharmacy, 473, 533-543. Holloway, K. A., Kotwani, A., Batmanabane, G., Puri, M., & Tisocki, K. 2017. Antibiotic use in South East Asia and policies to promote appropriate use reports from country situational analyses. Bmj, 358. Hui, L., Li, Zeng, Dai, & Foy, H. M. 1997. Patterns and determinants of use of antibiotics for acute respiratory tract infection in children in China. The Pediatric infectious disease journal, 166, 560-564. Huttner, B., Saam, M., Moja, L., Mah, K., Sprenger, M., Harbarth, S., & Magrini, N. 2019. How to improve antibiotic awareness campaigns findings of a WHO global survey. BMJ global health, 43, e001239. Korte, R., Rehle, T., & Merkle, A. 1991. Strategies to maintain health in the Third World. Tropical medicine and parasitology official organ of Deutsche Tropenmedizinische Gesellschaft and of Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit GTZ, 424, 428-432. Laxminarayan, R., Duse, A., Wattal, C., Zaidi, A. K., Wertheim, H. F., Sumpradit, N., . . . Goossens, H. 2013. Antibiotic resistance—the need for global solutions. The Lancet infectious diseases, 1312, 1057-1098. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 209 Laxminarayan, R., Sridhar, D., Blaser, M., Wang, M., & Woolhouse, M. 2016. Achieving global targets for antimicrobial resistance. Science, 3536302, 874-875. Murray, C. J., & Lopez, A. D. 1997. Global mortality, disability, and the contribution of risk factors Global Burden of Disease Study. The Lancet, 3499063, 1436-1442. O’Neill, J. 2016. Tackling drug resistance infections globally final report and recommendations the review on antimicrobial resistance. Government of the United Kingdom, London, United Kingdom. Okeke, I. N., Lamikanra, A., & Edelman, R. 1999. Socioeconomic and behavioral factors leading to acquired bacterial resistance to antibiotics in developing countries. Emerging infectious diseases, 51, 18. Pechere, J. C. 2001. Patients' interviews and misuse of antibiotics. Clinical infectious diseases, 33Supplement_3, S170-S173. Radyowijati, A., & Haak, H. 2002. Determinants of antimicrobial use in the developing world Citeseer. Salsabila, N. N., & Kristina, S. A. 2020. Awareness on antibiotic resistance among lay people in Yogyakarta, Indonesia. International Journal of Pharmaceutical Research, 123. Sam, A. T., & Parasuraman, S. 2015. The nine-star pharmacist an overview. Journal of Young pharmacists, 74, 281. Santoso, R., & Priyadi, A. 2020. Gambaran Sosialisasi GeMa CerMat Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat di Kelurahan Cipadung Wetan, Kota Bandung. IKRA-ITH ABDIMAS, 32, 92-98. Setiani, L. A., Sofihidayati, T., & Rustiani, E. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotika Melalui Edukasi Gema Cermat Dengan Metode CBIA Di Desa Jambu Luwuk Kabupaten Bogor. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 43, 607-611. Sturm, A. W., Van der Pol, R., Smits, A., Van Hellemondt, F., Mouton, S., Jamil, B., . . . Sampers, G. 1997. Over-the-counter availability of antimicrobial agents, self-medication and patterns of resistance in Karachi, Pakistan. The Journal of antimicrobial chemotherapy, 394, 543-547. Udoh, A., Ernawati, D. K., Akpan, M., Galbraith, K., & Bates, I. 2020. Pharmacies and primary care a global development framework. Bulletin of the World Health Organization, 9811, 809. 210 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik United Nations. 2015. Transforming our world the 2030 Agenda for Sustainable Development Vol. In Seventieth United Nations General Assembly, New York, 25 September 2015. Van Boeckel, T. P., Gandra, S., Ashok, A., Caudron, Q., Grenfell, B. T., Levin, S. A., & Laxminarayan, R. 2014. Global antibiotic consumption 2000 to 2010 an analysis of national pharmaceutical sales data. The Lancet infectious diseases, 148, 742-750. Wiedenmayer, K., Summers, R. S., Mackie, C. A., Gous, A. G., Everard, M., Tromp, D., & Organization, W. H. 2006. Developing pharmacy practice a focus on patient care handbook. Retrieved from World Bank. 2017. Drug-resistant infections a threat to our economic future World Bank. World Health Organization. 2002. The role of the pharmacist in the health care system-preparing the future pharmacist curricular development. World Health Organization. 2004a. Priority medicines for Europe and the world. Retrieved from World Health Organization. 2004b. The world medicines situation. Retrieved from World Health Organization WHO. 2015. Antimicrobial resistance global report on surveillance World Health Organization. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik 211 PROFIL PENULIS Theresia Maria Wonga. Apt. Seorang apoteker yang bekerja pada RSUD. Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur yang memiliki konsen terkait health budgeting, health economics and policy, kendali mutu dan kendali biaya, pelayanan farmasi dan penggunaan obat, digital health serta pencegahan resistensi antibiotik. Mendirikan Komunitas MAKROBA Mangarti Antimikroba untuk memberikan informasi terkait dengan penggunaan obat antibiotic kepada masyarakat lokal termasuk melalui platform social media. Lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur pada 15 Juni 1983. Menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Farmasi di Politeknik Kesehatan Kupang tahun 2006, S1 Farmasi di Universitas Indonesia Timur, Makassar tahun 2010, dan profesiApoteker pada Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun 2011 serta pendidikan S2 sebagai Master of health economics and policy di University of Adelaide, Australia ditahun 2019. Memiliki pengalaman selama belasan tahun sebagai perencana, berkontribusi aktif terhadap penyusunan anggaran obat berdasarkan Economic Quantity Order dan akreditasi rumah sakit di bidang pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat PKPO sejak 2014. Mendapatkan beasiswa Australia Awards untuk program master di tahun 2016 dan berkontribusi dalam penulisan buku “Mewujudkan Indonesia Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia di Australia” pada bab “e Health dan transformasi pelayanan kesehatan yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor tahun 2020. 212 Antibiotik dan Resistensi Antibiotik PENUTUP Kami tim penulis buku ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK terdiri dari Dr. apt. Muntasir. ;Dr. apt. Widy Susanti Abdulkadir, ; apt. Andi Ifriany Harun, Priska Ernestina Tenda ; Makkasau., ; apt. Muliyadi, ; apt. Reni Yustiati Saksosno, ; Stefania Fernandez, Apt. ; Theresia Maria Wonga. Apt. Mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam Pembuatan Buku ini dan Semoga Suatu saat kami bisa melanjutkan tulisan kami di edisi selanjutnya dengan tema buku yang sama ataupun berbeda. “The best and most efficient pharmacy is within your own system.” — Robert C. Peale Farmasi terbaik dan paling efisien adalah di dalam sistemmu. TIM PENULIS ResearchGate has not been able to resolve any citations for this ScarafileThe antibiotic resistance antimicrobial resistance – AMR and the particular emergence of multi-resistant bacterial strains, is a problem of clinical relevance involving serious threats to public health worldwide. From early this decade, a lot of studies have demonstrated a significant increase in the rates of antibiotic resistance by bacterial pathogens responsible for nosocomial and community infections all over the world. The AMR leads to a reduced drug efficacy in the treatment options available and therefore, to an increase in mortality rates. The original causes of the phenomenon are environmental factors which favor a mutation of the genetic bacterial inheritance, thereby inhibiting the active ingredient of the antibiotics; unsuitable administering of antibiotics in veterinary, incorrect taking both in hospitals and at home and, lately, lack of investments in the development of new drugs. The alarming epidemiological data prompted the World Health Organization WHO in 2011 to coin the slogan "No action today, no cure tomorrow" in order to immediately implement a new strategy to improve the use of available drugs and to accelerate the introduction of new ones through a new phase of research involving private and public institutions. The European Union has stressed that the surveillance is considered an essential factor for an effective response to this problem but it has also highlighted that the results produced have been lower than expectations because of serious shortcomings such as lack of methodological standards, insufficient data sharing and no coordination among European countries. In Italy the situation is much more troubling; in fact, according to the Ministry of Health, 5000-7000 yearly deaths are deemed due to nosocomial infections, with an annual cost of more than 100 million €.These figures explain how the fight against infections is far from being won. The purpose of this review is to analyze the basic causes of the recurrence of the phenomenon, to explain the steps taken by the most important international organizations to face AMR and finally to suggest a possible way to search for new classes of Antibiotics may be indicated in patients with COVID-19 due to suspected or confirmed bacterial superinfection. Objectives To investigate antibiotic prescribing practices in patients with COVID-19. Methods We performed an international web-based survey and investigated the pattern of antibiotic use as reported by physicians involved in treatment of COVID-19. SPSS Statistics version 25 was used for data analysis. Results The survey was completed by 166 participants from 23 countries and 82 different hospitals. Local guidelines for antibiotic use in COVID-19 patients were reported by = 102 of participants and for n = 136 they did not differ from local community-acquired pneumonia guidelines. Clinical presentation was recognized as the most important reason for the start of antibiotics mean score = and SD = on grading scale from 1 to 5. When antibiotics were started, most respondents rated as the highest the need for coverage of atypical pathogens mean score = and SD = followed by Staphylococcus aureus mean score = and SD = on bi-modal scale, with values 1 and 2 for disagreement and values 3 and 4 for agreement. In the patients on the ward, of respondents chose not to prescribe any antibiotic. Combination of b-lactams and macrolides or fluoroquinolones was reported by n = 87 of respondents. In patients in the ICU, piperacillin/tazobactam was the most commonly prescribed antibiotic. The mean reported duration of antibiotic treatment was SD = days. Conclusions The study revealed widespread broad-spectrum antibiotic use in patients with COVID-19. Implementation of antimicrobial stewardship principles is warranted to mitigate the negative consequences of antibiotic Antibiotic resistance as a direct consequence of inappropriate use of antibiotics is one of the biggest public health problems. This study aimed to assess knowledge and awareness by the general public in Yogyakarta regarding antibiotics and antibiotic resistance, and to determine its' associated socio-demographic factors. Methods A cross sectional study using survey design was conducted. The questionnaire was developed according to WHO Multi-country awareness survey. All participants had to be older than 18 years old and have received prescription of antibiotic previously. The questionnaire consisted of three sections, socio-demographic factors, knowledge of antibiotics and antibiotic resistance, and awareness of antibiotic resistance. Scores on questions and data were presented descriptively, and statistical analysis was performed using Chi-square test to evaluate the influence of variables on knowledge and awareness of antibiotics and antibiotic resistance. Results Of 125 respondents, respondents had low level knowledge on antibiotics use and antibiotic resistance, and incorrectly believed that antibiotic resistance occurs when their body becomes resistant to antibiotics despite the majority confessed their source of information on antibiotics was derived from medical professionals The vast majority of respondents were already known that they had to purchase antibiotics in pharmacies with prescription but only of them knew that antibiotic resistance is not only a problem for people who take antibiotics regularly. A cumulative respondents had low level of awareness on antibiotic resistance. Socio-demographic factors such as age, place of residence, education level, employment status, and level of income significantly influenced the level of knowledge and awareness towards antibiotics and antibiotic resistance. Conclusion The overall level of knowledge and awareness regarding antibiotics use and antibiotic resistance among residents in Yogyakarta is low. It would be necessary to initiate public health awareness intervention program with clearer information about antibiotics use and antibiotic We aimed to examine the characteristics of antibiotic awareness campaigns AAC conducted on a national or regional level since 2010. Methods In October 2016, the WHO invited stakeholders involved in the planning or conduct of AACs to answer a web questionnaire. We solicited general information about the characteristics of the AAC, with a particular focus on key messages supporting optimal use of antibiotics. Results Stakeholders in 93 countries were contacted and 55 countries responded. Overall, 60 AACs from 16 low/middle-income countries LMIC and 31 high-income countries were identified. Forty-five campaigns 75% were conducted on a national level and most of them 47/60; 78% were organised by public health authorities and publicly funded. There were no major differences between LMICs and high-income countries in the types of key messages. The scientifically questionable Finish your prescription’ slogan was used by 31 AACs 52%. A One Health approach was mentioned in 13/60 AACs 22%. Most messages were universally applicable; adaptation to locally prevalent public misconceptions was not systematic. The evaluation of the impact of campaigns was still incomplete, as only 18 AACs 30% assessed their impact on antibiotic use. Conclusion For future AACs, it seems essential to base messages more rigorously on scientific evidence, context specificities and behavioural change theory. A new generation of messages that encourage first-choice use of narrow spectrum antibiotics is needed, reflecting international efforts to preserve broad spectrum antibiotic classes. Evaluation of the impact of AACs remains Antimicrobial resistance AMR is a major global health challenge. Pharmacists play a key role in the health care setting to support the quality use of medicines. The education and training of pharmacy students have the potential to impact on patterns of antibiotic use in community and hospital settings. The aim of this study was to investigate and compare antibiotic use and knowledge of antibiotics and AMR among undergraduate pharmacy students in Australian and Sri Lankan universities. Methods A cross-sectional survey was conducted in Australian and Sri Lankan universities that offer a pharmacy degree. A paper-based survey was utilised in Sri Lanka and an identical survey distributed online among pharmacy students in Australia. Descriptive and comparative data analyses were performed. Results 476 pharmacy students from 14 universities in Australia and 466 students from 6 universities in SL completed the survey. Participants commonly reported previous antibiotic use [Australia 88% and Sri Lanka 86%]. The majority of students [Australia 89% and Sri Lanka 77%] reported they obtained antibiotics with a prescription. Australian pharmacy students correctly reported regarding optimal antibiotic use for certain disease conditions when compared to Sri Lankan students P< A greater antibiotic knowledge level regarding AMR was found among Australian students compared to Sri Lankan students p< Conclusion This study provides an understanding about antibiotic consumption and knowledge on AMR among pharmacy students in a developed country, Australia and a developing country, Sri Lanka. These findings identify possible misconceptions about antibiotics and a lower level of knowledge of AMR amongst Sri Lankan undergraduate pharmacy students. Future research should focus on implementation of a strategic education plan for undergraduate pharmacy students in Sri Lankan universities. The curricula of pharmacy courses in Australian universities may inform such a SumiartiniDian Ratih LaksmitawatiHesti Utami RamadaniatiRudi AsmajayaLATAR BELAKANG Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit SNARS edisi 1 / 2018 menjadikan kejadian Infeksi Daerah Operasi IDO sebagai salah satu indikator mutu untuk menilai kinerja pengendalian infeksi di rumah sakit. Pemberian antibiotik lanjutan paska operasi sectio caesaria SC menjadi isu yang penting untuk dikaji, mengingat operasi ini pada dasarnya tidak membutuhkan pemberian antibiotik lanjut paska operasinya. Pemberian antibiotik lanjutan paska operasi SC merupakan penggunaan antibiotik tidak bijak. METODE Pasien dibagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah masing-masing sebesar 49 subjek. Kelompok pertama adalah kelompok subjek yang diberikan antibiotik lanjut paska SC dan kelompok kedua adalah kelompok subjek dengan pemberian antibiotik tidak lanjut paska SC kemudian dari masing-masing kelompok dikaji kemungkinan munculnya tanda IDO dan LOS pasien. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan data sekunder dari rekam medis pasien Januari 2019 - Desember 2019. Uji analisa dengan chi square. Data dianalisa dengan SPSS Statistics. HASIL Setelah mengontrol variabel perancu, pemberian antibiotik lanjut paska SC tidak signifikan berpengaruh menurunkan kemungkinan munculnya tanda IDO OR = p= IK95%, juga tidak memiliki pengaruh terhadap LOS pasien OR= p= IK 95%. KESIMPULAN Tidak terdapat pengaruh dari pemberian antibiotika lanjutan terhadap tanda kejadian IDO dan LOS pada pasien post SC sebelum dan setelah mengontrol variabel perancu. Pemberian antibiotik lanjutan paska SC merupakan pemberian antibiotik yang tidak Babaji SatrasBackground and Objective The encumbrance of antimicrobial resistance worldwide is substantive and likely to rise without any appropriate treatment which has enhanced the urge for the development of either new antibiotics or adjuvant therapy with antibiotics. Thus, we aimed to study a comparative antibiogram pattern of 758 clinical isolates collected from Pawana Hospital and Accord SDH, Pune India, towards Elores a novel antibiotic and adjutant entity of ceftriaxone, sulbactam and disodium edetate and other antibiotics imipenem, meropenem and piperacillin + tazobactam. Methods The clinical samples collected from outpatients and inpatients during a period of one year January, 2018 to January, 2019, from Pawana Hospital and Accord SDH, Pune India and were further subjected to bacterial identification. Antibiotic susceptibility testing was executed in accordance with the recommendations of Clinical Laboratory Standards Institute CLSI guidelines. Results Out of 758 collected samples, urine samples contributed and among Enterobacteriaceae and Non-Enterobacteriaceae followed by pus and and sputum and while <4% and <12% Enterobacteriaceae and Non-Enterobacteriaceae isolates were collected from rest of the specimen. E. coli were found most prevalent along with and prevalence of Pseudomonas spp. and Klebsiella spp. whereas rest of the pathogens were <7% present. The antibacterial activity of Elores was observed superior to carbapenem drugs meropenem; and imipenem; and far better to piperacillin + tazobactam against 758 clinical pathogens. Antibiogram profile depicted Elores as most susceptible drug towards Enterobacteriaceae isolates which was approximately 31-50% more sensitive than other test drugs. Similar pattern was obtained for Non-enterobacteriaceae isolates where Elores contributed approximately 1-5% higher activity. However, Elores also conquered resistance among meropenem, imipenem and piperacillin + tazobactam resistant pathogens. Conclusion Susceptibility profile data revealed the equivalence of Elores Antibiotic-adjuvant entity; AAE with carbapenem drugs meropenem and imipenem and superiority over piperacillin + tazobactam against clinical pathogens. Elores was also found active towards meropenem, imipenem and piperacillin + tazobactam resistant pathogens. Therefore, Elores, a resistance breaker, can be used as an efficient treatment alternate towards infections caused by resistant pandemic of antibiotic resistance has become a serious threat to the therapeutic efficacy of the available antibiotics and their prescribed regimens. The problem is multifaceted as it encompasses medical, social, economic and anthropogenic spheres. The present review reports the global economic impact of antibiotic resistance among humans on the basis of published research as well as reports of national and international organisations. The impact is catastrophic because it includes patients, healthcare providers, researchers, pharmaceutical organisations, healthcare businesses and, moreover, national and international policy-makers. We found very serious economic impacts of the existing and emerging antibiotic resistance conditions. This study is divided into geographical regions to see the total impact. The risk of medical poverty trap is more significant in low-resource settings.
PTAndini Megah Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang penggemukan sapi potong di daerah Boyolali. Perusahaan tersebut dipimpin oleh Ibu Chinta Setyaning Nugraha, pada bulan Juli tahun 2012 dan berkembang sampai sekarang ini. Pengamatan yang dilakukan berupa pengetahuan terhadap data identitas peternak/pengusaha
› Tenaga kesehatan menjadi kunci dalam mencegah resistensi antimikroba yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Ini dilakukan dengan cara menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu kepada pasien. OlehPradipta Pandu Mustika 4 menit baca KOMPAS/DAHLIA IRAWATI Peneliti dari Ma Chung Research Cetre for Photosyntetic Pigments Universitas Ma Chung, Edi Setiyono, menunjukkan antibiotik alami temuannya, Senin 3/2/2020, di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Ma Chung. Antibiotik alami hasil temuan tersebut diyakini lebih aman daripada antibiotik sintetis yang selama ini KOMPAS — Resistensi antimikroba yang disebabkan intensitas penggunaan antibiotik telah menjadi salah satu ancaman kesehatan global paling berbahaya di dunia. Tenaga kesehatan menjadi kunci dalam mencegah resistensi antimikroba dengan menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu kepada kajian dari ekonom Jim O’Neill pada 2014 memperkirakan saat ini ada sekitar kematian per tahun di dunia yang terjadi karena resistensi antimikroba AMR. Pada 2050, AMR diperkirakan menyebabkan kematian hingga 10 juta orang per tahun secara global. Penggunaan antibiotik yang tidak semestinya merupakan salah satu penyumbang besar angka AMR di dunia kesehatan. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat, terdapat peningkatan penggunaan antibiotik sebesar 91 persen secara global dari tahun 2000 hingga 2015. Bahkan, di negara berkembang peningkatan mencapai 165 persen. Peningkatan penggunaan antibiotik dalam jumlah sangat besar ini menjadikan AMR sebagai salah satu dari sepuluh besar ancaman kesehatan global paling berbahaya di Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba KPRA Hari Paraton mengemukakan, sebagian besar AMR menyebabkan infeksi yang sangat kompleks terutama bagi pasien yang memiliki komorbid. Hal ini membuat proses penyembuhan menjadi semakin sulit dan pada akhirnya turut berdampak pada sosial ekonomi infeksi bakteri biasa, rata-rata pengobatan menghabiskan biaya dollar di Amerika. Namun, ketika bakterinya berubah menjadi resisten, maka akan ada penambahan sekitar dollar AS, terutama untuk perawatan dan pengobatan.”Jika infeksi bakteri biasa, rata-rata pengobatan menghabiskan biaya dollar di Amerika. Namun, ketika bakterinya berubah menjadi resisten, maka akan ada penambahan sekitar dollar AS, terutama untuk perawatan dan pengobatan,” ujarnya dalam webinar memperingati World Antibiotics Awareness Week 2021, Jumat 5/11/2021.Hasil kajian dari KPRA, pada 2016 penggunaan antibiotik di 11 rumah sakit pendidikan mencapai 70-80 persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2005 yang tercatat 55-76 persen. Peningkatan ini perlu disikapi karena paparan antibiotik secara terus-menerus membuat bakteri semakin menjelaskan, AMR merupakan fenomena mutasi alamiah. Secara sederhana, bakteri yang sudah resisten kerap kawin dengan bakteri nonresisten dan dari sinilah terjadi perpindahan gen. Ketika bakteri mati dan pecah, gen resisten akan dicari oleh bakteri lain dan diinduksikan ke dalam tubuh bakteri juga Resisten Antimikroba Masih Jadi Ancaman di Indonesia dan GlobalDampak AMR di rumah sakit di antaranya infeksi berat di aliran darah, saluran kemih, daerah operasi, dan pneumonia. Operasi yang sudah berjalan bagus juga bisa gagal karena adanya infeksi ini seperti cangkok liver, jantung, hingga ini, Kementerian Kesehatan sudah menerapkan strategi utama pengendalian AMR melalui pencegahan resistensi. Upaya yang dilakukan yakni menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu dan menurunkan konsumsinya. Upaya ini perlu pemahaman dan kesadaran dari dokter, perawat, bidan, farmais, hingga pasien dan RAMADHAN Gambar beberapa bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik jika dilihat di bawah mikroskop yang telah juga telah mengeluarkan panduan penatagunaan antimikroba PGA di rumah sakit untuk mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak baik kuantitas maupun kualitas. Alur PGA dimulai dari dokter penanggung jawab pelayanan kemudian akan dikaji oleh petugas farmasi dan disampaikan ke perawat hingga diberikan ke pasien.”Jadi, petugas farmasi menjadi posisi kunci dalam pra-otorisasi dan harus mampu belajar secara klinis untuk menilai apakah antibiotik tersebut layak diberikan kepada pasien atau tidak. Orientasinya tetap kesembuhan pasien yang menjadi tujuan utama,” kata ”one health”Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Tri Wibawa mengatakan, AMR dapat melibatkan semua orang dari berbagai umur dan daerah. Meski terjadi secara natural, penyalahgunaan antibiotik pada sektor manusia dan hewan dapat mempercepat proses terjadinya menegaskan, AMR merupakan masalah yang memerlukan pendekatan satu kesehatan one health karena menyangkut permasalahan manusia, hewan, dan lingkungan. Pada manusia, pasien, dokter, dan farmasi menjadi subyek penting dalam penanganan AMR.”Pasien menjadi subyek penanganan AMR ketika dia mencari antibiotik sendiri. Kemudian dokter menjadi subyek karena berperan dalam menggunakan antibiotik dengan baik atau tidak. Sementara farmasi ini tidak hanya petugas, tetapi juga perusahaan obat, distributor, hingga apotek,” juga mengakui bahwa saat ini banyak penjualan antibiotik tanpa resep di masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak juga perlu memperhatikan proses penjualan antibiotik tanpa resep khususnya dari sektor informal sebagai upaya mencegah dan menanggulangi juga Ancaman Pandemi dari Resistansi Antimikroba EditorAloysius Budi Kurniawan
Janganragu atau malu untuk bertanya mengenai dosis dan kegunaan antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Jika penyakit yang terdiagnosa disebabkan oleh virus, maka jangan paksa dokter untuk memberikan antibiotik, sebab penggunaannya adalah sia-sia. Itulah manfaat dan kegunaan antibiotik dalam proses penyembuhan saat kita sedang sakit.
Antibiotikpada dunia kedokteran hewan perunggasan pada dasarnya dapat diberikan untuk empat tujuan : Terapeutik, artinya antibiotik diberikan kepada hewan sakit agar sembuh dari agen penyakit kausatifnya. merupakan salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas karena
ItulahPenejelasan dari Pertanyaan Antibiotik merupakan salah satu komponen penting dalam dunia kedokteran. Mikroorganisme yang dapat menghasilkan antibiotik adalah Kemudian, kami sangat menyarankan anda untuk membaca juga soal Di Antara serat tumbuhan dibawah ini yang bukan termasuk serat tumbuhan adalah lengkap dengan kunci jawaban dan
Mungkininilah yang menyebabkan timbulnya pendekatan yang ahistorikal dalam menafsir atau mempergunakan ayat-ayat al-Qur’an. Seperti yang diperhatikan Ebrahim Moosa, persoalaan “interface of revelation with the world” begitu penting sekiranya sejarah ingin berperan di dalam memahami wahyu yang bersifat transendental.10 Jika diperhatikan NNJp.
  • qz4a5j5pui.pages.dev/177
  • qz4a5j5pui.pages.dev/973
  • qz4a5j5pui.pages.dev/441
  • qz4a5j5pui.pages.dev/832
  • qz4a5j5pui.pages.dev/615
  • qz4a5j5pui.pages.dev/775
  • qz4a5j5pui.pages.dev/344
  • qz4a5j5pui.pages.dev/283
  • qz4a5j5pui.pages.dev/216
  • qz4a5j5pui.pages.dev/746
  • qz4a5j5pui.pages.dev/845
  • qz4a5j5pui.pages.dev/788
  • qz4a5j5pui.pages.dev/794
  • qz4a5j5pui.pages.dev/244
  • qz4a5j5pui.pages.dev/643
  • antibiotik merupakan salah satu komponen penting dalam dunia kedokteran